
RI Punya Gas Berlimpah, Kok Pusing Terus Soal Harga?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 January 2020 10:43

Indonesia belum menjadikan gas sebagai primadona karena mungkin masih 'kecanduan' akan batu bara. Dari sisi harga, batu bara memang lebih bersaing. Selain itu, Indonesia juga kaya akan si batu hitam.
BP mencatat cadangan batu bara Indonesia pada 2018 sebanyak 37.000 juta ton, menyumbang 3,5% dari total cadangan dunia. Di Asia-Pasifik, cadangan batu bara Indonesia hanya kalah dari Australia, China, dan India.
Baca: Produksi Batu Bara RI Lampaui Target 2019, kok Bisa?
Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017, batu bara masih menjadi andalan dalam bauran energi domestik. Sampai 2025, porsi batu bara dalam penyediaan energi primer masih lebih dari 30%. Baru pada 2050 porsi batu bara turun menjadi kurang dari 25%.
Sementara porsi gas dalam bauran energi nasional ada 2025 masih lebih dari 22%. Kemudian pada 2050 sedikit meningkat menjadi lebih dari 24%.
Jadi, sepertinya selama gas masih menjadi sumber energi 'marjinal', maka pengelolaannya belum akan optimal. Tidak seperti batu bara yang segala tetek-bengeknya menjadi perhatian pemerintah.
Sayang sekali, karena Indonesia sebenarnya sangat bisa memanfaatkan gas sebagai sumber energi utama. Modal cadangan besar, bahkan terbesar kedua di Asia-Pasifik, semestinya bisa membuat Indonesia lebih peduli kepada gas.
Ketika kepedulian itu muncul, maka tata kelola gas tentu akan lebih baik. Saat tata kelola membaik, tidak ada lagi cerita polemik harga gas yang sampai dibahas di Istana.
Baca: Pak Jokowi, Solusi CAD Paling Dekat & Cepat Buat RI Itu Gas!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/gus)
BP mencatat cadangan batu bara Indonesia pada 2018 sebanyak 37.000 juta ton, menyumbang 3,5% dari total cadangan dunia. Di Asia-Pasifik, cadangan batu bara Indonesia hanya kalah dari Australia, China, dan India.
Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017, batu bara masih menjadi andalan dalam bauran energi domestik. Sampai 2025, porsi batu bara dalam penyediaan energi primer masih lebih dari 30%. Baru pada 2050 porsi batu bara turun menjadi kurang dari 25%.
Sementara porsi gas dalam bauran energi nasional ada 2025 masih lebih dari 22%. Kemudian pada 2050 sedikit meningkat menjadi lebih dari 24%.
![]() |
Jadi, sepertinya selama gas masih menjadi sumber energi 'marjinal', maka pengelolaannya belum akan optimal. Tidak seperti batu bara yang segala tetek-bengeknya menjadi perhatian pemerintah.
Sayang sekali, karena Indonesia sebenarnya sangat bisa memanfaatkan gas sebagai sumber energi utama. Modal cadangan besar, bahkan terbesar kedua di Asia-Pasifik, semestinya bisa membuat Indonesia lebih peduli kepada gas.
Ketika kepedulian itu muncul, maka tata kelola gas tentu akan lebih baik. Saat tata kelola membaik, tidak ada lagi cerita polemik harga gas yang sampai dibahas di Istana.
Baca: Pak Jokowi, Solusi CAD Paling Dekat & Cepat Buat RI Itu Gas!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/gus)
Pages
Most Popular