
Reli Tak Terbendung, Harga CPO Masih Bakal Terbang 2020?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 January 2020 15:39

Faktor terakhir yang juga membatasi produktivitas adalah terkait peremajaan atau replanting. Peremajaan memegang perang penting untuk mengganti pohon yang sudah tua dengan produktivitas rendah dengan yang baru yang mampu mendongkrak produktivitas.
Untuk periode 2019/2020 (Oktober-September), permintaan minyak sawit global diramal mencapai 51,6 juta to atau naik 3,4% (yoy).
Dari sisi permintaan, faktor yang menjadi fokus pada 2020 antara lain kebijakan pajak impor oleh India selaku pembeli minyak nabati terbesar di dunia, jumlah persediaan minyak di berbagai negara konsumen serta kebijakan program biodiesel di Indonesia dan Malaysia.
Baru-baru ini, India sebagai pembeli minyak nabati terbesar di dunia melakukan pemangkasan pada pajak impor CPO dan minyak sawit olahan. Pajak impor CPO diturunkan menjadi 37,5% dari 40%, sementara pajak untuk berbagai produk olahan minyak sawit menjadi 45% dari 50%, menurut laporan Reuters.
Informasi tersebut tentu menjadi kabar baik untuk CPO. Pasalnya India mengandalkan impor minyak nabati untuk memenuhi 70% kebutuhan domestiknya. Dua pertiga impor minyak nabati tersebut merupakan minyak sawit dan olahannya. Pemangkasan pajak impor tersebut berpotensi untuk mendorong impor CPO dan olahannya oleh India.
Program mandat biodiesel juga harus turut diperhatikan. Indonesia sudah mulai mengimplementasikan program B30-nya. Artinya 30% bahan bakar berasal dari minyak sawit sementara 70% sisanya dari minyak diesel. Sementara itu Malaysia baru akan mulai program B20 pada Februari 2020.
Mandat B30 di Indonesia telah membuat konsumsi domestik menguat. Hal serupa juga dialami oleh Malaysia. Menurut perhitungan APROBI program B30 akan menyerap sekitar 9 juta kilo liter minyak sawit.
Selain faktor di atas, harga CPO juga dipengaruhi oleh pergerakan harga produk substitusi salah satunya adalah minyak kedelai. Sampai saat ini harga CPO masih jauh lebih murah ketimbang harga minyak kedelai, walau spreadnya semakin mengecil.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Untuk periode 2019/2020 (Oktober-September), permintaan minyak sawit global diramal mencapai 51,6 juta to atau naik 3,4% (yoy).
![]() |
Baru-baru ini, India sebagai pembeli minyak nabati terbesar di dunia melakukan pemangkasan pada pajak impor CPO dan minyak sawit olahan. Pajak impor CPO diturunkan menjadi 37,5% dari 40%, sementara pajak untuk berbagai produk olahan minyak sawit menjadi 45% dari 50%, menurut laporan Reuters.
Program mandat biodiesel juga harus turut diperhatikan. Indonesia sudah mulai mengimplementasikan program B30-nya. Artinya 30% bahan bakar berasal dari minyak sawit sementara 70% sisanya dari minyak diesel. Sementara itu Malaysia baru akan mulai program B20 pada Februari 2020.
Mandat B30 di Indonesia telah membuat konsumsi domestik menguat. Hal serupa juga dialami oleh Malaysia. Menurut perhitungan APROBI program B30 akan menyerap sekitar 9 juta kilo liter minyak sawit.
Selain faktor di atas, harga CPO juga dipengaruhi oleh pergerakan harga produk substitusi salah satunya adalah minyak kedelai. Sampai saat ini harga CPO masih jauh lebih murah ketimbang harga minyak kedelai, walau spreadnya semakin mengecil.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pages
Most Popular