Berkat Serangan AS, Harga Emas Terbang Lawan "Gravitasi"

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 January 2020 21:31
Wall Street yang mencetak rekor tertinggi serta dolar AS yang menguat seharusnya menjadi
Foto: [Tak Hanya Logam Mulia, Perhiasan Saat Ini Banyak Diburu Warga Untuk Investasi.(CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terbang tinggi pada perdagangan Jumat (3/2/2020) akibat memanasnya situasi Timur Tengah pada hari ini menjadi salah satu pendorong kenaikan harga emas. Pada pukul 20:55 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.546,11/troy ons, menguat 1,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Peningkatan tensi di Timur Tengah bermula saat Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Irak mendapat serangan yang menewaskan beberapa orang pada Selasa (31/12/2019). Presiden AS, Donald Trump geram dan menuduh Iran berada di balik serangan tersebut meski tak menyodorkan bukti apapun.

Ancaman Trump terbukti pada hari ini, CNBC International mewartakan dalam serangan udara di Baghdad Jenderal Pasukan Elit Iran, Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara bersama dengan wakil komandan milisi Iran atau yang dikenal dengan Popular Mobilization Forces (PMF).



Pentagon sudah mengkonfirmasi serangan yang menewaskan jendral serta Iran serta deputi komandan PMF tersebut. Tewasnya dua tokoh penting Iran tersebut dikabarkan dapat membuat situasi di Timur Tengah semakin panas, Iran dan PMF kemungkinan akan membalas AS dan Israel.

Perang AS vs Iran kini sudah di depan mata, pelaku pasar tentunya mengalihkan investasinya ke aset-aset aman (safe haven) seperti emas.



Di luas memanasnya AS vs Iran, emas sebenarnya sudah melesat naik sejak awal perdagangan tahun 2020 Kamis kemarin. Kenaikan emas bahkan seolah melawan "gravitasi" yang menariknya turun.

Pada perdagangan Kamis kemarin, bursa saham AS (Wall Street) kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Itu artinya sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya dan masuk ke aset-aset berisiko.

Ketika sentimen pelaku pasar sedang bagus, maka aset berisiko dan berimbal hasil tinggi akan menjadi target investasi. Emas yang merupakan aset tanpa imbal hasil menjadi tidak menarik, dan cenderung ditinggalkan.

Selain itu, indeks dolar pada perdagangan Kamis mencatat penguatan 0,42%, yang seharusnya cukup membebani emas. Logam mulai dibanderol dengan dolar AS, ketika mata uang Paman Sam tersebut menguat maka harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Permintaan emas berisiko berkurang, dan harganya akan menurun.

Wall Street yang mencetak rekor tertinggi serta dolar AS yang menguat seharusnya menjadi "gravitasi" yang menyeret turun harga emas. Nyatanya pada Kamis kemarin harga emas justru mencatat penguatan 0,79% ke level US$ 1.528,85/troy ons, dan terus berlanjut hingga hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular