Timur Tengah Membara! Saham MEDC & ELSA Langsung Melesat

tahir saleh, CNBC Indonesia
03 January 2020 11:37
Harga saham dua emiten minyak dan gas (migas) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mendadak melesat.
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham dua emiten minyak dan gas (migas) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mendadak melesat pada perdagangan sesi I, Jumat (3/1/2020) seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia pada hari ini.

Data BEI mencatat, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melesat 7,19% di level Rp 890/saham pada pukul 11.04 WIB. Asing tercatat masuk ke saham ini mencapai Rp 1,52 miliar.

Sementara saham PT Elnusa Tbk (ELSA) juga naik 3,31% di level Rp 312/saham. Tapi asing justru keluar di saham ini Rp 687 juta sehingga penguatan harga saham emiten anak dari PT Pertamina (Persero) ini hanya ditopang investor lokal.


Saham migas lain yakni PT Energi Mega Persada Tak (ENRG) stagnan di level Rp 50/saham, sementara PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUSI) stagnan juga di level Rp 248/saham.

Harga komoditas minyak mentah berjangka melesat sesaat setelah personil militer Iran tewas dalam serangan yang terjadi di Bandara Baghdad.

Jumat ini (3/1/2020), harga minyak mentah berjangka Brent melesat hingga 3,61% ke posisi US$ 68,64/barel dan minyak mentah Amerika Serikat, WTI juga naik 3,55% ke level US$ 63,35/barel.

Harga minyak naik setelah tersiar kabar Jenderal Qassim Soleimani yang memimpin pasukan elite Iran, Quds Force, dikabarkan terbunuh. Bersama Qassim Soleimani, Abu Mahdi al-Muhandis selaku Wakil Komandan pasukan militer Iran atau dikenal dengan Popular Mobilization Forces (PMF) juga dikabarkan tewas dalam serangan udara di Baghdad.

"Deputi Abu Mahdi al-Muhandis dan pemimpin Angkatan Militer Quds, Qasem Soleimani terbunuh dalam serangan AS yang menargetkan mobil mereka di Bandara Internasional Baghdad," kata Hashed sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (3/1/2020).

Hashed sendiri adalah jaringan unit bersenjata yang sebagian besar didominasi kelompok Syiah. Syiah merupakan salah satu aliran yang dianut Muslim, selain Sunni.

Kembali memanasnya situasi di Timur Tengah membuat pasar khawatir. Jika perang benar-benar meletup maka akan ada risiko dari sisi pasokan minyak, mengingat negara-negara Timur Tengah merupakan negara produsen minyak.

"Risiko dari sisi pasokan masih tinggi dengan adanya ketegangan yang terjadi di Timur Tengah antara AS dan milisi Iran di Irak." Kata Edward Moya, analis OANDA, mengutip Reuters.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/hps) Next Article Ladang Minyak Aramco Diserang, Bagaimana Saham Emiten Migas?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular