Polling CNBC Indonesia

Pak Jokowi, Inflasi 2019 (Mungkin) Terendah dalam 10 Tahun!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 December 2019 21:34
Pak Jokowi, Inflasi 2019 (Mungkin) Terendah dalam 10 Tahun!
Presiden RI Joko Widodo tinjau Pasar Tradisional di Kawasan Bogor, Jawa Barat. (Biro Setpres RI)
Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Indonesia sepanjang 2019 diperkirakan rendah, tidak lebih dari 3%. Apakah ini adalah pertanda perlambatan konsumsi alias daya beli?

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data inflasi Desember 2019 pada 2 Januari 2020. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Desember adalah 0,51% secara month-on-month (MoM).

Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 2,93% dan inflasi inti tahunan adalah 3,125%. Pada Desember, inflasi tahunan sama dengan tahun kalender atau year-to-date. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa inflasi sepanjang 2019 diramal 2,93%.

Institusi

Inflasi MoM (%)

Inflasi YoY (%)

Inflasi Inti YoY (%)

Maybank Indonesia

0.66

3.04

3.14

ING

-

3.14

-

Danareksa Research Institute

0.44

2.82

-

BTN

0.5

2.88

3.11

BCA

0.52

2.9

-

Bank Permata

0.55

2.93

3.08

Standard Chartered

0.42

2.8

3.15

DBS

-

3.1

-

Bahana Sekuritas

-

3.3

-

MEDIAN

0.51

2.93

3.125


Jika inflasi 2019 benar-benar 2,93%, maka akan lebih lambat ketimbang inflasi tahun sebelumnya yaitu 3,13%. Tidak hanya lebih rendah dibandingkan 2018, tetapi juga menjadi yang terendah sejak 2009 atau 10 tahun terakhir.





Inflasi 2019 bisa dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan harga pangan.

Ambil contoh di DKI Jakarta. Rata-rata harga beras jenis IR 64 di 42 pasar sepanjang Desember 2019 adalah Rp 11.641,36/kg. Turun dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang sebesar Rp 11.729,58/kg.

Beras adalah komoditas dengan sumbangan terbesar terhadap inflasi. Dengan bobotnya yang besar, kenaikan atau penurunan harga beras sekecil apa pun sudah bisa mempengaruhi inflasi secara keseluruhan.

Harga beras yang stabil cenderung turun bisa jadi karena dibantu oleh impor. Agak disayangkan karena Indonesia baru mampu mencapai ketahanan pangan, bukan kemandirian pangan.

Baca: Dear Pak Jokowi, 5 Tahun ke Depan Kita Makan Apa?

Ketahanan pangan adalah pasokan yang memadai, pokoknya cukup, terserah datangnya dari mana saja termasuk impor. Sementara kemandirian pangan adalah ketersediaan pasokan karena sepenuhnya ditopang oleh produksi dalam negeri.

Data BPS mencatat, impor beras (HS 042) sepanjang Januari-Oktober 2019 adalah 295.525 ton. Walau masih impor, tetapi setidaknya sudah turun drastis dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang mencapai 2,14 juta ton.


Namun ada sudut pandang kedua yaitu pertanda kelesuan daya beli. Kekhawatiran itu terkonfirmasi dengan perlambatan laju inflasi inti.

Pada November, inflasi inti tercatat 3,08% YoY, terendah sejak April. Inflasi inti menurun dalam dua bulan terakhir.



Untuk mengecek keterkaitan inflasi dan konsumsi, yang bisa menjadi rujukan adalah inflasi inti. Komponen ini menggambarkan pengeluaran yang bersifat persisten, susah turun-naik. Selama inflasi inti masih terakselerasi, berarti masyarakat masih mau membeli barang dan jasa yang harganya cenderung stabil.

Ketika harga barang dan jasa yang semacam ini masih bisa naik, artinya konsumsi masih tumbuh sehat. Namun yang terjadi sejak Oktober adalah perlambatan laju inflasi inti. Ini bisa diartikan bahwa konsumen mulai menahan diri. Pelemahan konsumsi sepertinya sudah tidak bisa dipungkiri lagi.

Setiap fenomena pasti memiliki dua sudut pandang, positif dan negatif. Keduanya punya dasar, sehingga tinggal ke mata kita mengarahkan pandangan...



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular