Akhir Sesi Satu, IHSG Masih Bertahan di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 December 2019 12:09
Akhir Sesi Satu, IHSG Masih Bertahan di Zona Hijau
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini, Jumat (27/12/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,03% ke level 6.321,57. Per akhir sesi satu, apresiasi indeks saham acuan di Indonesia tersebut adalah sebesar 0,01% ke level 6.319,85.

Jika apresiasi IHSG bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menandai apresiasi selama empat hari beruntun.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+0,45%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+0,94%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,65%), PT Plaza Indonesia Realty Tbk/PLIN (+13,27%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,15%).

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga bergerak di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Shanghai menguat 0,85%, indeks Hang Seng naik 1,18%, indeks Straits Times terapresiasi 0,11%, dan indeks Kospi bertambah 0,6%.

Bursa saham Benua Kuning menghijau seiring dengan langkah China yang semakin membuka perekonomiannya kepada dunia. Melansir Bloomberg, China mengumumkan bahwa pihaknya akan menurunkan bea masuk bagi sebanyak 859 jenis produk impor mulai awal tahun depan.

Kementerian Keuangan China menyebut bahwa pihaknya akan menerapkan bea masuk sementara yang lebih rendah dari bea masuk yang dikenakan terhadap barang-barang dari most-favored-nation (MFN).

Daging babi beku, alpukat beku, hingga beberapa jenis semikonduktor termasuk ke dalam daftar produk yang bea masuknya akan dikurangi oleh Beijing.

Sebagaimana dilansir dari Reuters, bea masuk terhadap daging babi beku akan dipangkas menjadi 8%, dari tarif MFN yang sebesar 12%, sedangkan bea masuk terhadap alpukat beku akan dikurangi menjadi 7%, dari tarif MFN sebesar 30%.

Pada tahun 2018, nilai dari 859 jenis produk impor tersebut adalah sekitar US$ 389 miliar atau sekitar 18% dari total impor China kala itu yang senilai US$ 2,14 triliun.

Pengurangan bea masuk ini bisa dinikmati oleh negara-negara yang menjadi anggota World Trade Organization (WTO). Sementara itu, bagi negara-negara yang memiliki kesepakatan dagang dengan China, bea masuknya bisa menjadi lebih rendah lagi.

Dilansir dari Bloomberg, negara-negara yang memiliki kesepakatan dagang dengan China meliputi Selandia Baru, Peru, Kosta Rika, Swiss, Islandia, Singapura, Australia, Korea Selatan, Georgia, Chili, dan Pakistan.

Sekedar mengingatkan, perang dagang AS dengan China pada awalnya dipicu oleh kekesalan Presiden AS Donald Trump terhadap besarnya defisit neraca perdagangan AS dengan China. Kemudian, komplain AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam semakin mengeskalasi perang dagang antar keduanya.

Berbicara mengenai besarnya defisit neraca perdagangan AS dengan China, hal ini salah satunya disebabkan oleh hambatan, baik tarif maupun non-tarif, yang diterapkan China guna melindungi perusahaan-perusahaan domestik.

Kini, langkah China untuk semakin membuka pasar domestiknya dengan menurunkan besaran bea masuk terhadap produk-produk impor tentu diharapkan akan semakin melunakkan AS dalam negosiasi dagang kedua negara.

Sebagai catatan, menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu pada pekan pertama Januari 2020.

[Gambas:Video CNBC]



Lebih lanjut, periode Santa Claus Rally yang sudah mulai terasa di pasar saham AS ikut menjadi faktor yang memantik aksi beli di pasar saham Asia.

Sebelumnya pada perdagangan hari Selasa (24/12/2019), Wall Street terlihat mulai kehabisan nafas pasca mencetak rekor penutupan tertinggi pada hari Jumat (20/12/2019) dan Senin (23/12/2019).Pada penutupan perdagangan hari Selasa, indeks Dow Jones turun 0,13%, indeks S&P 500 melemah 0,02%, sementara indeks Nasdaq Composite naik 0,08%.

Lantas, Wall Street melemah kala periode Santa Claus rally resmi dimulai. Untuk diketahui, Santa Claus rally merupakan sebuah reli di pasar saham AS yang terjadi pada lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua perdagangan pertama di bulan Januari. Perdagangan pada hari Selasa menjadi awal dari periode Santa Claus rally tahun 2019.

Melansir CNBC International yang mengutip Stock Trader’s Almanac, secara rata-rata sejak tahun 1950, indeks S&P 500 membukukan imbal hasil sebesar 1,3% pada periode lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua perdagangan pertama di bulan Januari.

Dalam 10 tahun terakhir, fenomena Santa Claus rally terbukti masih terus terjadi. Dalam 10 tahun terakhir, berdasarkan data Stock Trader’s Almanac yang kami kutip dari CNBC International, indeks S&P 500 hanya membukukan koreksi sebanyak dua kali selama periode Santa Claus rally, yakni di tahun 2014 dan 2015.



Ada beberapa penjelasan di balik fenomena Santa Claus rally, seperti optimisme meyambut tahun baru dan investasi dari bonus musim liburan misalnya. Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimistis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.

Walaupun absen di hari pertama, fenomena Santa Claus rally kini sudah mulai terasa dengan apresiasi Wall Street pada perdagangan kemarin (26/12/2019).

Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks Dow Jones naik 0,37%, indeks S&P 500 menguat 0,51%, sementara indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,78%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa.

Jika Wall Street terus mencetak apresiasi di penghujung tahun 2019, tentu pasar saham tanah air berpotensi ikut terkerek naik, mengingat Wall Street merupakan kiblat dari pasar saham dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular