Analisis

Dear Investor, Siap Melihat Harga Emas Melesat Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 December 2019 15:44
Dear Investor, Siap Melihat Harga Emas Melesat Lagi?
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia akhirnya menunjukkan menunjukkan pergerakan besar sehari jelang Natal, Selasa (24/12/2019). Kala itu logam mulia ini mencicipi lagi level US$ 1.500/troy ons, meski mengakhiri perdagangan di US$ 1498,81/troy ons menguat 0,91% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Penguatan emas berlanjut dan akhirnya melewati pada hari ini, Kamis (26/12/2019). Pada pukul 13:38 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.503.45/troy ons, menguat 0,34%.

Tanda-tanda penguatan emas sebenarnya sudah terlihat sejak pekan lalu. CNBC International mewartakan, total kepemilikan aset SPDR Gold Trust naik 0,3% menjadi 885,93 ton pada Jumat pekan lalu (20/12/2019). Sementara itu, data Commodity Futures Trading Commission's (CFTC) menunjukkan jumlah net buy emas naik menjadi 286,3 kontrak pada pekan lalu, dari pekan sebelumnya 270,9 kontrak.


Penambahan aset dan peningkatan posisi net buy tersebut terjadi di saat optimisme akan penandatangan kesepakatan dagang fase I antara Amerika Serikat (AS) dengan China sedang membuncah. Hal tersebut seharusnya memberikan tekanan bagi emas, tetapi faktanya logam mulia ini masih cukup kuat sepanjang pekan lalu, dan pada akhirnya melesat naik di pekan ini.

Selasa lalu, emas sekali lagi unjuk kekuatan dalam kondisi pasar yang sedang optimistis akan kesepakatan dagang fase I. Presiden AS, Donald Trump, pada hari Selasa (24/12/2019) menyebut kesepakatan dagang fase I sudah hampir selesai, dan akan ada upacara penandatanganan dengan Presiden China Xi Jinping.

"Ya, kami akan mengadakan upacara penandatanganan," kata Trump kepada wartawan, seperti dilansir dari Reuters. Sehari sebelumnya, CNBC International melaporkan China akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari.


Perang dagang kedua negara sudah berlangsung selama 18 bulan membuat perekonomian kedua negara melambat dan berdampak pada perekonomian global. Ketika kedua negara mencapai kesepakatan dagang, harapan bangkitnya perekonomian global membuncah, sentimen pelaku pasar jadi membaik, dan kembali memburu aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi.

Tetapi bukan berarti emas akan ditinggalkan para investor. Pergerakan emas di pekan ini menjadi bukti jika emas masih mampu menguat di kala sentimen pelaku pasar membaik.

Pergerakan emas tersebut sesuai dengan ramalan bank investasi ternama Goldman Sachs. Analis Goldman Sachs, Mikhail Sprogis, menjadi salah satu yang memprediksi harga emas masih akan mencapai level US$ 1.600/troy ons. Alasannya ketika perekonomian global bangkit, maka mata uang utama lain juga akan menguat melawan dolar AS. Mata uang emerging market di Asia juga diprediksi menguat melawan greenback.


Harga emas dibanderol dengan dolar AS, ketika mata uang Paman Sam ini melemah maka harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain sehingga permintaan bisa meningkat.

Selain Goldman, UBS Group AG dan Citigroup juga memprediksi harga emas akan mencapai US$ 1.600/troy ons di tahun 2020.

Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan MA 125 hari (garis hijau).

Dear Investor, Sudah Siap Melihat Emas Melesat Lagi? Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Sumber: investing.com

Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik di wilayah positif, begitu juga histogramnya. Indikator ini menunjukkan emas mulai mengumpulkan momentum penguatan.

Dear Investor, Sudah Siap Melihat Emas Melesat Lagi? Grafik: Rupiah (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8, tetapi di atas MA 21 dan MA 125. Indikator Stochastic bergerak turun dari wilayah jenuh beli (overbought).

Emas kini bergerak di atas level psikologis US$ 1.500/troy ons yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Selama bertahan di atas level tersebut, emas berpeluang menguat ke US$ 1.505/troy ons.

Jika mampu melewati US$ 1.505/troy ons, harga logam mulia ini berpotensi naik ke US$ 1.509/troy ons. Resisten selanjutnya berada di kisaran US$ 1.515/troy ons. 

Sebaliknya jika menembus ke bawah support, emas berisiko turun ke US$ 1,496/troy ons. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa harga turun ke US$ 1.490 hingga 1.484/troy ons.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular