
Pasar Finansial Australia Libur, Kurs Mata Uangnya Malah Naik
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 December 2019 12:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Australia menguat melawan rupiah di perdagangan pasar spot Kamis (26/12/2019), meski pasar finansial Negeri Kanguru sedang libur merayakan Natal.
Pada pukul 11:15 WIB, AU$ setara dengan Rp 9.677,02, dolar Australia menguat 0,19% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli dolar Australia di dalam negeri, berikut beberapa data yang diambil dari situs resmi bank nasional pada pukul 11:30 WIB.
Kenaikan hari ini melanjutkan penguatan tiga hari berturut-turut sebelum libur Natal. Dolar Australia mendapat momentum penguatan setelah rilis data tenaga kerja Australia pada Kamis (19/12/2019) pekan lalu.
Biro Pusat Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran di bulan November turun menjadi 5,2% dari bulan sebelumnya 5,3%. Sementara di bulan yang sama, terjadi penambahan jumlah tenaga kerja yang direkrut sebanyak 39.900 orang, berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang terjadi pengurangan 24.500 orang.
Data ini memberikan sentiment positif setelah sebelumnya dolar Australia mengalami tekanan akibat rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) Selasa lalu.
Notula rapat awal Desember tersebut menunjukkan RBA sedang menyiapkan pelonggaran moneter lebih lanjut. Bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang 2019, masing-masing sebesar 25 basis poin hingga ke rekor terendah 0,75%.
Kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk, inflasi yang rendah, serta pertumbuhan ekonomi yang melambat membuat RBA memangkas suku bunga secara agresif untuk memberikan stimulus ke perekonomian.
Data tenaga kerja terbaru dengan tingkat pengangguran yang turun memberikan harapan perekonomian akan membaik, dampak pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali mulai bekerja. Jika terus menunjukkan perbaikan, ada peluang RBA tidak lagi memangkas suku bunga, dolar Australia menjadi perkasa.
Belum lagi melihat kemungkinan ditandatanganinya kesepakatan dagang fase I antara Amerika Serikat (AS) dengan China dalam waktu dekat.
Presiden AS, Donald Trump, pada hari Selasa (24/12/2019) menyebut kesepakatan dagang fase I sudah hampir selesai, dan akan ada upacara penandatanganan dengan Presiden China Xi Jinping. "Ya, kami akan mengadakan upacara penandatanganan," kata Trump kepada wartawan, seperti dilansir dari Reuters.
Kesepakatan dagang AS-China diharapkan dapat membangkitkan perekonomian China yang di kuartal III-2019 lalu tumbuh 6% year-on-year, menjadi yang terendah sejak tahun 1992. China merupakan mitra dagang utama Australia, ketika ekonominya bangkit, maka perekonomian Negeri Kanguru juga bisa terkerek naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Pada pukul 11:15 WIB, AU$ setara dengan Rp 9.677,02, dolar Australia menguat 0,19% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli dolar Australia di dalam negeri, berikut beberapa data yang diambil dari situs resmi bank nasional pada pukul 11:30 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BNI | 9.714,00 | 9.642,00 |
Bank BRI | 9.585,47 | 9.751,95 |
Bank Mandiri | 9.650,00 | 9.710,00 |
Bank BTN | 9.578,00 | 9.773,00 |
Bank BCA | 9.657,86 | 9.687,86 |
CIMB Niaga | 9.669,00 | 9.683,00 |
Kenaikan hari ini melanjutkan penguatan tiga hari berturut-turut sebelum libur Natal. Dolar Australia mendapat momentum penguatan setelah rilis data tenaga kerja Australia pada Kamis (19/12/2019) pekan lalu.
Biro Pusat Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran di bulan November turun menjadi 5,2% dari bulan sebelumnya 5,3%. Sementara di bulan yang sama, terjadi penambahan jumlah tenaga kerja yang direkrut sebanyak 39.900 orang, berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang terjadi pengurangan 24.500 orang.
Data ini memberikan sentiment positif setelah sebelumnya dolar Australia mengalami tekanan akibat rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) Selasa lalu.
Notula rapat awal Desember tersebut menunjukkan RBA sedang menyiapkan pelonggaran moneter lebih lanjut. Bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang 2019, masing-masing sebesar 25 basis poin hingga ke rekor terendah 0,75%.
Kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk, inflasi yang rendah, serta pertumbuhan ekonomi yang melambat membuat RBA memangkas suku bunga secara agresif untuk memberikan stimulus ke perekonomian.
Data tenaga kerja terbaru dengan tingkat pengangguran yang turun memberikan harapan perekonomian akan membaik, dampak pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali mulai bekerja. Jika terus menunjukkan perbaikan, ada peluang RBA tidak lagi memangkas suku bunga, dolar Australia menjadi perkasa.
Belum lagi melihat kemungkinan ditandatanganinya kesepakatan dagang fase I antara Amerika Serikat (AS) dengan China dalam waktu dekat.
Presiden AS, Donald Trump, pada hari Selasa (24/12/2019) menyebut kesepakatan dagang fase I sudah hampir selesai, dan akan ada upacara penandatanganan dengan Presiden China Xi Jinping. "Ya, kami akan mengadakan upacara penandatanganan," kata Trump kepada wartawan, seperti dilansir dari Reuters.
Kesepakatan dagang AS-China diharapkan dapat membangkitkan perekonomian China yang di kuartal III-2019 lalu tumbuh 6% year-on-year, menjadi yang terendah sejak tahun 1992. China merupakan mitra dagang utama Australia, ketika ekonominya bangkit, maka perekonomian Negeri Kanguru juga bisa terkerek naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular