Analisis

Garang di Menit-menit Akhir, Rupiah Bisa Pukul Balik Dolar

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 December 2019 13:37
Garang di Menit-menit Akhir, Rupiah Bisa Pukul Balik Dolar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (26/12/2019). Selepas libur Natal dan menjelang Tahun Baru 2020, pasar finansial minim sentimen sehingga rupiah diterpa aksi ambil untung (profit taking).

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,04% ke level Rp 13.965/US$. Selepas itu rupiah bertambah lemah ke Rp 13.975/US$. Level tersebut sekaligus menjadi yang terlemah hingga tengah hari.

Sejak akhir November hingga Senin (23/12/2019), rupiah tercatat menguat nyaris 1%. Penguatan cukup signifikan tersebut membuat rupiah diterpa aksi ambil untung, apalagi rupiah sudah berada di bawah level psikologis Rp 14.000/US$. Tentunya perlu momentum lebih besar untuk mampu terus menjauhi level psikologis tersebut.



Tanpa sentimen yang baru, agak sulit rupiah untuk bisa terus menguat.

Kesepakatan dagang fase I AS-China masih menjadi penggerak utama perdagangan mata uang. Presiden AS, Donald Trump, pada hari Selasa (24/12/2019) menyebut kesepakatan dagang fase I sudah hampir selesai, dan akan ada upacara penandatanganan dengan Presiden China Xi Jinping.

"Ya, kami akan mengadakan upacara penandatanganan," kata Trump kepada wartawan, seperti dilansir dari Reuters. Sehari sebelumnya, CNBC International melaporkan China akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari.



Perang dagang yang sudah berlangsung selama 18 bulan membuat perekonomian kedua negara melambat dan berdampak pada perekonomian global. Ketika kedua negara mencapai kesepakatan dagang, harapan bangkitnya perekonomian global membuncah, sentimen pelaku pasar jadi membaik, dan kembali memburu aset berisiko berimbal hasil tinggi.

Membaiknya sentimen pelaku pasar bisa dilihat dari bursa saham yang terus menguat. Wall Street (bursa saham AS) yang merupakan kiblat bursa saham global terus mencetak rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.

Kala sentimen pelaku pasar membaik, rupiah sebagai aset yang memberikan imbal hasil tinggi juga mendapat rejeki. Dengan demikian, rupiah yang melemah akibat profit taking pada hari ini memiliki peluang untuk memukul balik dolar di menit-menit akhir perdagangan, seperti yang dilakukan pada tiga perdagangan pekan lalu. 

Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di bawah MA 20/rerata pergerakan 20 hari (garis merah).

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Sumber: investing.com


Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun, dengan histogram yang di wilayah negatif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah mulai mengumpulkan momentum penguatan. 

Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Foto: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik memasuki dari wilayah jenuh jual (oversold).

Rupiah masih bergerak di bawah level Rp 13.980/US$ yang menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang memangkas pelemahan bahkan kembali menguat ke Rp 13.955/US$ pada hari ini. Sementara jika menembus ke atas Rp 13.980/US$, rupiah berisiko melemah menuju level psikologis Rp 14.000/US$.


TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular