Harpitnas! IHSG Tutup di Zona Hijau, Transaksi Tembus Rp 11 T

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 December 2019 16:39
Harpitnas! IHSG Tutup di Zona Hijau, Transaksi Tembus Rp 11 T
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pertama di pekan ini, Senin (23/12/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,4% ke level 6.309,67. Tak lama berselang, IHSG berbalik arah ke zona merah. Titik terendah IHSG pada perdagangan hari ini berada di level 6.270,54, mengimplikasikan koreksi sebesar 0,22% jika dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan hari Jumat (20/12/2019).

Beruntung, per akhir sesi satu IHSG sudah kembali ke zona hijau. Per akhir sesi satu, indeks saham acuan di Indonesia tersebut naik tipis 0,04% ke level 6.287,14. Per akhir sesi dua, IHSG memperlebar apresiasinya menjadi 0,34% ke level 6.305,91.


Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+2,06%), PT Bayan Resources Tbk/BYAN (+18,84%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+2,38%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,6%), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+2,6%).

Bahkan nilai transaksi harian menembus Rp 11,21 triliun dengan catatan net buy (beli bersih) asing di pasar reguler Rp 435,09 miliar dan net sell di pasar negosiasi Rp 14,26 miliar.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga bergerak di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,02%, indeks Hang Seng naik 0,13%, dan indeks Straits Times terapresiasi 0,05%.

Bursa saham Benua Kuning menguat seiring dengan kehadiran perkembangan positif yang menyelimuti hubungan AS-China di bidang perdagangan.

Seperti yang diketahui, AS dan China sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.

Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember.

Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.


Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada hari Minggu.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Namun, di sepanjang pekan lalu sempat ada kekhawatiran terkait dengan peluang ditekennya kesepakatan dagang tahap satu.

Walaupun Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut nilainya.

Lebih lanjut, melansir CNBC International, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang berulang kali mengelak dari pertanyaan terkait dengan detil kesepakatan dagang tahap satu dengan AS.

Namun, dalam wawancara dengan CNBC International, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa dirinya optimistis kesepakatan dagang akan bisa diteken pada bulan Januari.

Kemudian, cuitan Trump kini semakin mempertegas bahwa kesepakatan dagang akan benar-benar bisa diteken. Pada hari Jumat waktu setempat (20/12/2019), Trump memposting sebuah cuitan yang isinya mengatakan bahwa dirinya telah melangsungkan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China Xi Jinping terkait dengan beberapa hal, termasuk kesepakatan dagang kedua negara. Pembicaraan tersebut dilakukan melalui sambungan telepon.

"Telah melangsungkan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Xi dari China terkait kesepakatan dagang kami yang begitu besar. China telah memulai pembelian produk agrikultur dan produk-produk lainnya secara besar. Formalisasi kesepakatan dagang sedang disiapkan. Juga berbicara mengenai Korea Utara, di mana kami bekerja sama dengan China, & Hong Kong (progres!)," cuit Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.

Sebelumnya, Trump sudah mengungkapkan bahwa AS akan memulai negosiasi terkait kesepakatan dagang tahap dua degan China segera setelah kedua negara menandatangani kesepakatan dagang tahap satu, ketimbang menunggu hingga pasca pemilihan presiden tahun 2020.

Dari kubu Beijing, ada juga perkembangan yang positif. Melansir CNBC International yang mengutip kantor berita Xinhua, Xi mengatakan bahwa kesepakatan dagang tahap satu dengan AS akan menguntungkan kedua belah pihak.

"Kesepakatan dagang tahap satu yang telah dicapai antara AS dan China merupakan sebuah hal yang baik bagi AS, China, dan seluruh dunia," kata Xi, seperti dilansir dari CNBC International.

"Baik pasar [keuangan] AS maupun China, beserta dengan [pasar keuangan] dunia, telah merespons dengan sangat positif hal ini [disepakatinya kesepakatan dagang tahap satu]. AS berniat untuk menjaga komunikasi secara intens dengan China dan berjuang untuk menandatangani dan mengimplementasikannya secepat mungkin."
Lebih lanjut, sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari kinerja bursa saham AS alias Wall Street yang sukses mencetak rekor.

Di sepanjang pekan kemarin, indeks Dow Jones naik 1,17%, indeks S&P 500 menguat 1,65%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 2,18%. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite sukses membukukan kinerja terbaik secara mingguan sejak bulan Agustus.

Pada perdagangan terakhir di pekan kemarin, Jumat (20/12/2019), indeks Dow Jones naik 0,28%, indeks S&P 500 menguat 0,49%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,42%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa.

Pemakzulan Presiden AS Donald Trump oleh DPR AS tak dianggapi dengan serius oleh pelaku pasar saham AS. Seperti yang diketahui, pada hari Kamis waktu Indonesia (19/12/2019) atau hari Rabu waktu setempat (18/12/2019), DPR AS resmi memutuskan untuk memakzulkan Trump.


Ada dua alasan yang membuat anggota DPR AS memutuskan untuk melengserkan Trump. Pertama, Trump didakwa telah menyalahgunakan kekuasaannya ketika menahan bantuan pendanaan bagi Ukraina guna mendorong Ukraina meluncurkan investigasi terhadap lawan politiknya, Joe Biden.

Kedua, Trump juga didakwa karena dianggap menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya. Hal ini dilakukan oleh Trump dengan melarang para pembantunya di Gedung Putih untuk memberikan kesaksian di sidang penyelidikan Trump.

Anggota DPR AS menggolkan pasal penyalahgunaan kekuasaan dengan skor 230-197. Sementara itu, pasal kedua yang menyebut bahwa Trump telah menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya, digolkan dengan skor 229-198.

Sejauh ini, probabilitas bahwa Trump akan benar-benar dicopot dari posisinya terbilang kecil. Pasalnya, AS mengadopsi sistem parlemen dua kamar yang terdiri dari DPR (House of Representatives) dan Senat (Senate).

Segala rancangan undang-undang di AS, jika ingin digolkan menjadi undang-undang, harus mendapatkan persetujuan baik dari DPR maupun Senat. Hal serupa juga berlaku dalam urusan memakzulkan presiden.

Sebagai informasi, Senat AS diisi oleh sebanyak 100 senator. Dari sebanyak 100 senator yang membentuk Senat AS, sebanyak 53 senator berasal dari Partai Republik, sementara 47 berasal dari Partai Demokrat.

Trump sendiri merupakan anggota Partai Repulik, sehingga bisa dikatakan bahwa Senat AS dikuasai oleh kubunya.

Berbeda dengan pemungutan suara di DPR AS yang hanya memerlukan suara sebanyak minimum 51% untuk memakzulkan presiden, pemungutan suara di Senat AS mengharuskan suara sebanyak minimum 2/3 (67%) guna memakzulkan presiden.

Berarti, harus ada sebanyak 67 senator yang mendukung pemakzulan Trump untuk benar-benar ‘menendang’ mantan pengusaha kelas kakap tersebut dari posisinya saat ini. Dengan asumsi bahwa seluruh senator yang berasal dari Partai Demokrat mendukung pemakzulan Trump, masih dibutuhkan minimum 20 senator asal Partai Republik yang membelot guna benar-benar melengserkan Trump.

Melansir CNBC International, hingga saat ini belum ada satupun senator asal Partai Republik yang memberikan sinyal bahwa mereka akan mendukung pemakzulan Trump.

Optimisme bahwa Trump tak akan benar-benar dilengserkan dari posisinya pada akhirnya justru berbalik menjadi sentimen positif bagi bursa AS dan Asia. Terakhir, sentimen positif bagi bursa saham Asia datang dari perkembangan proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Pada tanggal 12 Desember kemarin, Inggris mengadakan pemilihan umum.

Melansir BBC, Partai Konservatif memenangi 365 kursi di parlemen atau 47 kursi lebih banyak dari yang berhasil mereka raih pada gelaran pemilihan umum tahun 2017. Sebagai informasi, sebuah partai biasanya memerlukan lebih dari 320 kursi di Parlemen guna meloloskan rancangan undang-undang.

Dengan kemenangan tersebut, Boris Johnson yang juga merupakan pemimpin Partai Konservatif otomatis mempertahankan posisinya sebagai perdana menteri Inggris.

Kini, kemenangan besar Johnson dan Partai Konservatif terlihat sudah membuahkan hasil. Pada hari Jumat, parlemen Inggris menyetujui kesepakatan Brexit yang diajukan oleh Johnson.

Melansir CNBC International, para anggota parlemen di Inggris telah menyetujui inti dari kesepakatan Brexit yang diajukan oleh Johnson. Kesepakatan Brexit yang diajukan oleh Johnson lolos dengan suara 358 berbanding 234.

Pada awal tahun depan, kesepakatan Brexit tersebut akan dirundingkan oleh kedua kamar yang membentuk parlemen Inggris (House of Commons dan House of Lords).

Memang, dengan dikuasainya mayoritas kursi Parlemen oleh Partai Konservatif, proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) diharapkan bisa berjalan dengan mulus. Seperti diketahui, sebelumnya proposal Brexit selalu kandas di Parlemen.

Bahkan, Theresa May yang merupakan perdana menteri Inggris sebelum Johnson harus rela mundur dari posisinya pasca mendapatkan penolakan sebanyak tiga kali kala mengajukan kesepakatan Brexit ke Parlemen. May resmi mundur dari posisinya pada tanggal 7 Juni 2019.

Kini, Inggris berada di jalur yang tepat untuk meninggalkan Uni Eropa pada tanggal 31 Januari 2020, yang berarti ketidakpastian menjadi berkurang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular