
Benarkah Lippo Group Lepas Matahari?

Jakarta, CNBC Indonesia- Lippo Group dikabarkan akan menjual saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) sebagai salah satu strategi melepas salah satu unit bisnis perusahaan ke investor strategis.
Kabar tersebut ramai menyebar di pelaku pasar dan Grup WhatsApp mengingat dilaporkan oleh salah satu sekuritas di Bursa Efek Indonesia dan mengutip pernyataan Komisaris Matahari Departement Store dan Chief Executive Officer(CEO) PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) John Riady dalam nondeal roadshow belum lama ini.
"LPPF saat ini siap untuk dijual, menurut CEO perusahaan induknya, John Riady, selama non-deal roadshowregionalnya baru-baru ini," tulis riset CGS-CIMB
Dalam riset itu disebutkan ada potensi kenaikan harga saham dari aksi korporasi ini. Apalagi, valuasi LPPF dinilai sangat menarik dengan price earnings ratio (PER) pada 2020 diprediksi sebesar 7 kali.
"Selain dari potensi naiknya penilaian penawaran, kami melihat potensi pemeringkatan ulang untuk LPPF mengingat valuasinya saat ini sebesar 7x FY2020F P/E ketika tidak lagi dikaitkan dengan nama Lippo dan masalah tata kelola perusahaan yang terkait dengan itu," tulis CGS-CIMB, dikutip CNBC Indonesia, dari riset per 16 Desember 2019.
Berdasarkan laporan keuangan September 2019, pemegang saham LPPF untuk saham Seri C yakni Multipolar Tbk 16,57%, John Riady 0,00%, Andre Rumantir 0,00%, dan publik 78%. Untug saham Seri A yakni dipegang Multipolar 0,04%, dan Seri B saham LPPF dimiliki Multipolar 1,57%.
Namun kabar tersebut ditampik oleh Komisaris LPFF John Riady. "Tidak benar Pak. Tidak benar bahwa saya mengkonfirmasi hal tersebut di dalam roadshow," tegasnya kepada CNBC Indonesia, Senin pagi ini (23/12/2019).
Pernyataan ini juga sama dengan klarifikasinya pada 2 Oktober lalu soal kabar penjualan Matahari. "Belum ada rencana sementara ini," kata John.
Di kalangan pelaku pasar beredar kabar LPPF akan dijual. Ada yang menyebutkan perusahaan ritel asal Thailand, Central Group, yang akan menjadi pembeli LPPF.
Central Group merupakan perusahaan milik pengusaha Thailand Tiang Chirathivat. Dari sebuah toko kecil yang dikelola keluarganya di kota Bangkok pada awal 1950-an.
Pada 1956 putranya, Samrit Chirathivat, memperluas bisnis ayahnya dengan mendirikan Central Department Store pertama di distrik Wangburapha, Bangkok.
Usaha ritel milik keluarga ini terus berkembang dan hadir di sejumlah negara. Di Indonesia, Central Departement Store ada di Grand Indonesia.
Riset yang dirilis salah satu sekuritas pada 8 Oktober lalu mengungkapkan bahwa pertumbuhan pendapatan yang atraktif dari LPPF dinilai akan menjadi daya tarik dan memicu spekulasi sejumlah department store untuk mengakuisisi perusahaan, termasuk dari private equityglobal. Tiga peritel yang disebut potensial adalah Lotte, AEON, dan Central.
"Meskipun tidak ada kejelasan tentang kesepakatan [penjualan] dan sudah ada penolakan dari manajemen soal isu ini baru-baru ini, kami ingin memberikan beberapa pandangan tentang kemungkinan merger dan akuisisi [M&A] LPPF dan siapa pembeli yang kemungkinan mampu, serta beberapa analisis tentang transaksi M&A secara regional baru-baru ini," jelas analis sekuritas, dalam riset yang dipublikasikan di forum WhatsApp analis.
Namun di antara tiga peritel itu, Central terlihat paling menjanjikan untuk berpotensi mengakuisisi Matahari, sementara peritel lainnya masih dililit persoalan utang.
Sekuritas ini menganalisis, bahwa neraca AEON dan Lotte masih tertekan karena adanya utang (utang bersih/EBITDA pada 2018: Lotte 7,2x, AEON 5,8x). Adapun Central Retail Group memiliki rasio utang bersih/EBITDA lebih rendah yakni sebesar 1,1x pada 2018.
EBITDA adalah singkatan dari earning before interest, tax, depreciation, and amortizationatau laba sebelum dikurangi beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Jadi, nilai EBITDA pasti lebih besar ketimbang laba bersih.
"Kami percaya Central adalah calon pembeli paling tepat mengingat punya neraca keuangan yang cukup untuk mengakuisisi dan mendapatkan premi yang lebih tinggi untuk penilaian LPPF di mana EV/EBITDA di bawah 8x dengan EV sebesar US$ 1,47 miliar," tulis mereka.
Setelah Central, peritel yang berpotensi besar mengakuisisi Matahari ialah Lotte asal Korea Selatan mengingat cadangan kasnya cukup besar US$ 1,52 miliar, sementara bagi AEON asal Jepang, dengan tingkat kas yang rendah dan leverage yang tinggi menjadikannya pembeli yang paling tidak mungkin untuk mencaplok LPPF.
Hanya saja, riset ini menilai, potensi akuisisi Central atas LPPF ini terbebani dua rencana besar perusahaan. Saat ini Central Retail fokus pada upaya men-delisting Robinsons, anak usahanya, melalui penawaran tender dan sekaligus berencana mencatatkan saham perdana (IPO) Central Retail tahun depan.
Mengutip Bangkok Post 3 Oktober silam, Central Retail Corporation Plc, cabang ritel dari Central Group, operator mal terbesar di Thailand, siap menawarkan saham gabungan sebanyak 2,23 miliar saham, di mana sebesar 1,62 miliar di antaranya akan menjadi saham biasa baru sebagai bagian dari penawaran umum perdana (IPO).
(tas/tas) Next Article Auric Jadi Pemegang Saham Matahari, Setor Duit Berapa?
