
Global Lesu, Laba Chandra Asri di Q3-2019 Terjun Bebas 81%

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) baru saja mengumumkan kinerja keuangan untuk periode yang berakhir pada September 2019 atau 9 bulan pertama tahun ini.
Pada periode tersebut, perusahaan milik taipan Prajogo Pangestu ini mengantongi laba bersih yang jauh lebih rendah secara year on year (YoY), penurunannya mencapai 81,11%.
Nilai laba bersih ini mencapai US$ 31,45 juta (Rp 440,37 miliar, asumsi kurs Rp 14.000/US$), turun tajam dari periode September 2018 yang sebesar US$ 169,84 juta (Rp 2,38 triliun).
Penurunan laba bersih ini disebabkan karena turunnya pendapatan perusahaan sebesar 29,28% secara YoY. Pada akhir kuartal ketiga tahun ini nilai pendapatan mencapai US$ 1,38 miliar (Rp 19,42 triliun), turun dari US$ 1,96 miliar di akhir periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan turunnya pendapatan ini disebabkan karena perekonomian global yang melambat dan adanya turnaround maintenance (TAM) terjadwal terhadap pabrik-pabrik milik perusahaan, sehingga penjualan pun menjadi lebih rendah dibanding periode sebelumnya.
"Kinerja keuangan kami selama sembilan bulan 2019 mencerminkan kondisi makroekonomi global yang lebih lemah dan TAM terjadwal terhadap pabrik-pabrik kami selama Agustus dan September 2019 untuk tie-in dengan kapasitas PE [Polyethylene] dan PP [Polypropylene] baru mulai beroperasi," kata Suryandi dalam siaran persnya, Senin (23/12/2019).
Selain itu, harga jual rata-rata yang lebih rendah, terutama untuk Ethylene dan Polyethylene juga menjadi salah satu faktor turunnya pendapatan perusahaan petrokimia ini.
EBITDA atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi turun 53,9% menjadi US$ 155,4 juta dari US$ 337,4 juta didorong oleh margin petrokimia yang lebih rendah, dengan penambahan kapasitas pasokan baru di AS dan China, dan melemahnya permintaan perdagangan untuk polymer dalam ekspor barang jadi karena perang dagang China dan Amerika Serikat yang sedang berlangsung.
Di tahun ini perusahaan juga telah mengoperasikan pabrik Polyethylene baru berkapasitas 400 KTA dan tambahan kapasitas Polypropylene sebesar 110 KTA (kilo ton per annum) melalui debottlenecking.
Pekan lalu, perseroan mengungkapkan akan menggelar penerbitan saham baru dengan menerbitkan maksimal 7,16 miliar saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) III atau rights issue dengan nilai nominal Rp 200/saham. Sentimen ini membuat harga saham anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini menguat 5,25% pekan lalu.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas) Next Article Wow! Chandra Asri Milik Prajogo Rights Issue 7 Miliar Saham
