Skandal Jiwasraya

Gila! Lewati IHSG, Ternyata Jiwasraya Janjikan Return 9-13%

tahir saleh, CNBC Indonesia
19 December 2019 07:36
Gila! Lewati IHSG, Ternyata Jiwasraya Janjikan Return 9-13%
Foto: Cover Topik/Jiwasraya/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia- Skandal Jiwasraya kian terkuak! Kejaksaan Agung (Kejagung) bahkan menyebutkan ada dugaan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan dana investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Kejaksaan sudah menerbitkan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) pada 17 Desember 2019.

Jaksa Agung ST Burhanuddin mengatakan penyidikan tersebut dilakukan untuk memperoleh fakta adanya kegiatan investasi di 13 perusahaan yang melanggar tata kelola perusahaan yang baik (GCG), dalam hal ini perusahaan investasi yang mengelola produk JS Saving Plan milik Jiwasraya.

"Potensi kerugian tersebut timbul karena adanya tindakan yang melanggar prinsip tata kelola, yakni terkait pengelolaan dana yang dihimpun dalam program Savings Plan," kata Burhanuddin, dalam konferensi pers di Gedung Kejaksaan, Rabu (18/12/2019).


Burhanuddin mengatakan dampak skandal Jiwasraya ini memicu adanya potensi kerugian negara mencapai Rp 13,7 triliun hingga Agustus 2019 yang angkanya masih perkiraan awal.

JS Saving Plan adalah produk asuransi jiwa berbalut investasi yang ditawarkan melalui bank (bancassurance). Produk Saving Plan ini mengawinkan produk asuransi dengan investasi seperti halnya unit link. Bedanya, di Saving Plan risiko investasi ditanggung oleh perusahaan asuransi, sementara risiko investasi unit link di tangan pemegang polis.

Ada tujuh bank yang menjadi penjual yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Standard Chartered Bank, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank QNB Indonesia, PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank Victoria International Tbk (BVIC), dan PT Bank KEB Hana.

Total polis jatuh tempo atas produk ini pada Oktober-Desember 2019 ialah sebesar Rp 12,4 triliun. Manajemen baru Jiwasraya menegaskan tidak akan sanggup membayar polis nasabah yang mencapai triliunan itu karena adanya kesulitan keuangan ini disebabkan kesalahan investasi yang dilakukan oleh manajemen lama Jiwasraya.

PAGI-Jiwasraya Return, judul ada di ringkasanFoto: RDP Jiwasraya dan Komisi VI Terbuka dan Terutup./Sandi Ferry


Direktur Utama Asuransi Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengungkapkan merahnya wajah laporan keuangan perusahaan BUMN tersebut karena sebelumnya BUMN ini gagal mengelola aset yang dimiliki, di antaranya dalam memilih instrumen investasi khususnya saham.

"Seharusnya maksimal mengalokasikan untuk saham sebesar 20%, itu pun [harus saham] blue chips [saham unggulan], government bond [surat utang negara], instrumen BI minimal 30%," kata Hexana, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (16/12/2019).

"Sayangnya, yang terjadi alokasi ke saham, itu pun kualitas [saham] rendah mencapai 50%, sedangkan government bond di 15%," katanya lagi.

Laporan keuangan Jiwasraya

Ikhtisar

DES 2017 (RP T)

DES 2018 (RP T)

SEPT 2019 (RP T)

ASET

45,68

36,23

25,68

-SAHAM

6,63

3,77

2,48

-DEPOSITO

4,33

1,22

0,800

-REKSA DANA

19,17

16,32

6,64

-OBLIGASI KORP.

1,80

1,41

1,40

-TANAH & BANG

8,68

8,68

8,68

- ASET LAIN

1,95

1,72

2,47

-SUN

3,09

3,11

3,19

EKUITAS

5,57

-10.20

-23,92

Sumber: Jiwasraya


Bisa dilihat dari laporan keuangan selama 3 tahun terakhir. Pada Desember 2017 nilai investasi saham mencapai Rp 6,63 triliun, kemudian nilainya turun drastis di Desember 2018 menjadi Rp 3,77 triliun serta ambles lagi menjadi di Rp 2,48 triliun di pencatatan September 2019.

Penurunan lebih parah terjadi pada reksa dana. Pada Desember 2017 nilai reksa dana mencapai Rp 19,17 triliun, kemudian turun di Desember 2018 menjadi Rp 16,32 triliun serta penurunan paling tajam terjadi di pencatatan September 2019 menjadi Rp 6,64 triliun.


Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan nilai ekuitas perusahaan, dari Rp 5,57 triliun di Desember 2017 kemudian ekuitasnya minus hingga Rp 23,92 T di September 2019.

Adapun total utang klaim per September 2019 mencapai Rp 9,99 triliun, bengkak dari Rp 4,75 triliun pada Desember 2018 dan dari Rp 125 miliar pada Desember 2017.

Pertanyaannya, berapa return yang dijanjikan kepada investor atas produk JS Savings Plan ini?

Berdasarkan dokumen Penyelamatan Jiwasraya yang diperoleh CNBC Indonesia, terungkap informasi berkaitan dengan return yang dijanjikan Jiwasraya kepada nasabah pembeli produk JS Savings Plan.

Ada dua hal yang disoroti, pertama, terjadi kesalahan dalam pembentukan harga produk tersebut alias mispricing.

Produk Saving Plan yang ditawarkan melalui bancassurance itu ternyata dijanjikan memiliki guaranted return sebesar 9-13% per tahan selama 2013-2018 dengan periode pencairan setiap tahun.

Return yang dihasilkan dari Saving Plan ternyata lebih besar dibandingkan dengan tingkat deposito full year 2018 antara 5,2-7% per tahun.

Tingkat imbal hasil ini ini juga lebih besar dari obligasi korporasi dengan rating single A (idA) hingga triple A (AAA) antara 8-9,5% per tahun, dan return Jiwasraya juga bahkan lebih tinggi dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama tahun 2018 yakni 2,3%.

"Dengan guaranted return yang ditawarkan dan saat ini lebih tinggi dari pertumbuhan IHSG dan yield obligasi serta dapat dicairkan setiap tahun, Jiwasraya terus terkena risiko pasar," tulis dokumen tersebut, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (19/12/2019).

Dalam dokumen tersebut, disebutkan sorotan kedua yakni lemahnya prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi.

Berdasarkan rincian aset investasi, sebut dokumen itu, Jiwasraya banyak melakukan investasi-investasi pada high risk asset untuk mengejar high return.

Berikut adalah rincian aset investasi Jiwasraya sepanjang 2018.

- Saham
Porsinya investasi sebesar 22,4% atau sebanyak Rp 7 triliun, dari jumlah aset finansial. Pada investasi ini dialokasikan 5% berisi saham-saham di Indeks LQ45 (45 saham unggulan dan paling likuid di Bursa Efek Indonesia), sementara sisanya di luar LQ45. 

- Reksa dana
Porsi alokasi reksa dana ditetapkan sebesar 59,1%, cukup dominan, atau senilai Rp 14,9 triliun dari jumlah aset finansial. Dari jumlah ini, hanya 2% yang dikelola oleh top tier perusahaan manajer investasi (MI), sementara sisanya di luar perusahaan MI lainnya.

- Perusahaan tidak menerapkan portofolio manajemen.
Tidal adanya portofolio guideline yang mengatur alokasi investasi maksimum pada high risk asset sehingga dengan kondisi pasar saat ini, mayoritas aset investasi tidak dapat diperjualbelikan alias tidak likuid.


PAGI-Jiwasraya Return, judul ada di ringkasanFoto: ST Burhanuddin Gelar Preskon Terkait Dugaan Korupsi PT Jiwasraya. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)



Dalam konferensi pers Rabu (18/12/2019, Jaksa Agung ST Burhanuddin mengatakan, dalam temuan awal, Jiwasraya diketahui memang banyak melakukan investasi pada aset-aset dengan risiko tinggi, baik itu keuntungan tinggi antara lain, penempatan saham sebanyak 22,4% senilai Rp 5,7 triliun dari aset finansial.

"Jumlah tersebut 2% ditempatkan pada perusahaan dengan kinerja baik, dan sebanyak 95 persen di saham berkinerja buruk," katanya.

Kedua, kata Jaksa Agung, penempatan reksa dana, sebanyak 59,1% senilai Rp 14,9 triliun dari aset finansial. "Jumlah tersebut 2 persen dikelola MI [manajer investasi] Indonesia dengan kerja baik, 98 persen dikelola MI dengan kinerja buruk," tegasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Hotbonar Sinaga, praktisi dan pengamat industri asuransi menilai Jiwasraya terlalu berani mengambil risiko dengan menjanjikan return yang tinggi.

"Saya dengar hampir 2 kali lipat [return yang ditawarkan] dari bunga deposito. [Sehingga] mereka harus mencari investasi yang menghasilkan, jauh di atas bunga deposito. Salah satunya [strategi mereka] melalui [investasi] reksa dana saham atau saham itu sendiri," kata Direktur Utama Jamsostek periode 2007-2012 ini, kepada CNBC Indonesia, Rabu (16/12).

Hanya saja, tegasnya, ini terjadi indikasi fraud yang harus dibuktikan dengan audit investigasi.

"[Gagal bayar] ini terjadi karena penurunan nilai saham. Kalau memang direksinya saat itu melakukan investasi secara prudent [hati-hati], tentunya mereka akan investasi di saham LQ45, tapi ini mereka investasi justru pada saham gorengan."


Ini skenario penyelamatan Jiwasraya


[Gambas:Video CNBC]

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular