Gila! Lewati IHSG, Ternyata Jiwasraya Janjikan Return 9-13%

Dalam dokumen tersebut, disebutkan sorotan kedua yakni lemahnya prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi.
Berdasarkan rincian aset investasi, sebut dokumen itu, Jiwasraya banyak melakukan investasi-investasi pada high risk asset untuk mengejar high return.
Berikut adalah rincian aset investasi Jiwasraya sepanjang 2018.
- Saham
Porsinya investasi sebesar 22,4% atau sebanyak Rp 7 triliun, dari jumlah aset finansial. Pada investasi ini dialokasikan 5% berisi saham-saham di Indeks LQ45 (45 saham unggulan dan paling likuid di Bursa Efek Indonesia), sementara sisanya di luar LQ45.
- Reksa dana
Porsi alokasi reksa dana ditetapkan sebesar 59,1%, cukup dominan, atau senilai Rp 14,9 triliun dari jumlah aset finansial. Dari jumlah ini, hanya 2% yang dikelola oleh top tier perusahaan manajer investasi (MI), sementara sisanya di luar perusahaan MI lainnya.
- Perusahaan tidak menerapkan portofolio manajemen.
Tidal adanya portofolio guideline yang mengatur alokasi investasi maksimum pada high risk asset sehingga dengan kondisi pasar saat ini, mayoritas aset investasi tidak dapat diperjualbelikan alias tidak likuid.
![]() |
Dalam konferensi pers Rabu (18/12/2019, Jaksa Agung ST Burhanuddin mengatakan, dalam temuan awal, Jiwasraya diketahui memang banyak melakukan investasi pada aset-aset dengan risiko tinggi, baik itu keuntungan tinggi antara lain, penempatan saham sebanyak 22,4% senilai Rp 5,7 triliun dari aset finansial.
"Jumlah tersebut 2% ditempatkan pada perusahaan dengan kinerja baik, dan sebanyak 95 persen di saham berkinerja buruk," katanya.
Kedua, kata Jaksa Agung, penempatan reksa dana, sebanyak 59,1% senilai Rp 14,9 triliun dari aset finansial. "Jumlah tersebut 2 persen dikelola MI [manajer investasi] Indonesia dengan kerja baik, 98 persen dikelola MI dengan kinerja buruk," tegasnya.
Dalam kesempatan terpisah, Hotbonar Sinaga, praktisi dan pengamat industri asuransi menilai Jiwasraya terlalu berani mengambil risiko dengan menjanjikan return yang tinggi.
"Saya dengar hampir 2 kali lipat [return yang ditawarkan] dari bunga deposito. [Sehingga] mereka harus mencari investasi yang menghasilkan, jauh di atas bunga deposito. Salah satunya [strategi mereka] melalui [investasi] reksa dana saham atau saham itu sendiri," kata Direktur Utama Jamsostek periode 2007-2012 ini, kepada CNBC Indonesia, Rabu (16/12).
Hanya saja, tegasnya, ini terjadi indikasi fraud yang harus dibuktikan dengan audit investigasi.
"[Gagal bayar] ini terjadi karena penurunan nilai saham. Kalau memang direksinya saat itu melakukan investasi secara prudent [hati-hati], tentunya mereka akan investasi di saham LQ45, tapi ini mereka investasi justru pada saham gorengan."
Ini skenario penyelamatan Jiwasraya
