Harga CPO Turun Dikit, tapi Masih di Level Tertinggi 2 Tahun

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 December 2019 11:27
Harga CPO melemah pada perdagangan hari ini mengingat harga masih tinggi. Namun kekhawatiran akan risiko suplai masih membayangi
Foto: Kelapa sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diperdagangkan melemah pada perdagangan pagi ini. Rabu (18/12/2019) harga CPO kontrak pengiriman Maret 2020 turun 13 ringgit atau terkoreksi 0,45% ke level RM 2.865/ton.

Harga CPO dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama dari sisi pasokan yaitu produksi dan persediaan serta dari sisi konsumsi yang mengindikasikan permintaan. Harga CPO mencatatkan reli terus-terusan sejak pertengahan Oktober lalu.

Harga CPO mencatatkan level tertingginya dalam dua tahun pada 10 Desember 2019. Harga tersebut sama dengan level harga pada Februari 2017.

Faktor yang menggerakkan harga CPO sejak pertengahan Oktober adalah kecemasan dari sisi suplai. Menurut studi yang dilakukan Refinitiv, produksi minyak sawit Malaysia turun 2% untuk periode Oktober 2019-September 2020, dibanding periode yang sama sebelumnya.

Faktor yang menurunkan produksi minyak sawit di antaranya adalah cuaca kering yang berkepanjangan, kebakaran dan kabut, iklim terutama diakibatkan oleh Indian Ocean Dipole (IOD) penggunaan pupuk serta, masalah lahan.

Produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia juga dipengaruhi oleh faktor musiman (seasonality). Dalam tiga tahun terakhir tercatat di kuartal IV terhitung mulai bulan Oktober hingga awal tahun sampai dengan Februari produksi menurun.

Bencana kebakaran hutan dan kabut yang melanda di berbagai wilayah Indonesia seperti di Sumatera dan Kalimantan serta Malaysia dan Thailand bagian selatan menyebabkan penurunan aktivitas penyerbukan. Penurunan aktivitas penyerbukan berdampak pada penurunan yield.

[Gambas:Video CNBC]


Saat ini El Nino bukan jadi ancaman utama, melainkan Positive IOD yang menyebabkan kekeringan di Indonesia dan hujan lebat di India dan Bangladesh. Penggunaan pupuk yang rendah di sepanjang tahun 2019 juga dapat mengakibatkan penurunan yield hingga 42% atau setara dengan 14,5 ton/ha/tahun.

Faktor-faktor di atas membuat pasar khawatir terkait adanya risiko dari sisi pasokan di tengah peningkatan permintaan domestik yang tinggi akibat program mandat B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia tahun depan.

Namun karena harga sudah sangat tinggi, wajar saja jika mengalami koreksi seperti pada perdagangan hari ini.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Awal 2020, Harga CPO Naik Meski Tak Bisa Banyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular