Penyumbang Dividen Itu-itu Saja, Wajar Erick 'Acak-acak' BUMN

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 December 2019 17:29
Sedang Sulit
Foto: Rapat kerja dengan Menteri BUMN Erick Thohir bersama Komisi VI DPR RI (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Untuk diketahui, saat ini bank-bank pelat merah yang masuk ke dalam kategori BUKU IV sedang dilanda kesulitan.

Pada sembilan bulan pertama tahun 2019, laba bersih dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memang masih tumbuh jika dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun sebelumnya, yakni masing-masing sebesar 11,9%, 5,4%, dan 4,7%.

Namun, pertumbuhannya jauh menipis jika dibandingkan pertumbuhan pada periode sembilan bulan pertama tahun 2018. Pada sembilan bulan pertama tahun 2018, laba bersih Bank Mandiri melesat 20,1% secara tahunan, laba bersih BRI melejit 14,6%, dan laba bersih BNI melonjak 12,6%.



Menipisnya pertumbuhan laba bersih dari ketiga bank pelat merah tersebut salah satunya dipicu oleh perlambatan pertumbuhan di pos pendapatan bunga bersih/net interest income yang merupakan pos pendapatan utama mereka.

Pada sembilan bulan pertama tahun 2019, pendapatan bunga bersih dari BRI dan BNI tercatat tumbuh masing-masing sebesar 4,6%, dan 3,3% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut jauh melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sembilan bulan pertama tahun 2018.

Pada sembilan bulan pertama tahun 2018, pendapatan bunga bersih dari BRI dan BNI tumbuh di level 6,6% dan 10,6%.

Tercatat, hanya Bank Mandiri yang mampu membukukan kenaikan pertumbuhan pendapatan bunga bersih pada sembilan bulan pertama tahun ini, yakni menjadi 8,9%, dari yang sebelumnya 3,9% pada sembilan bulan pertama tahun 2018. Namun tetap saja, lonjakan pertumbuhan pendapatan bunga bersih nyatanya tak mampu mengerek pertumbuhan laba bersih Bank Mandiri.



Tak heran jika pendapatan bunga bersih dari BRI dan BNI melorot. Pasalnya, marjin bunga bersih/net interest margin (NIM) dari keduanya begitu tertekan pada tahun ini. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2019, NIM BRI jatuh hingga 60 basis poin (bps) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sementara NIM dari BNI turun 40 bps.

Sebagai informasi, NIM merupakan selisih dari bunga yang didapatkan perbankan dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah, dibagi dengan total aset yang menghasilkan bunga. Semakin besar NIM, maka tingkat profitabilitas sebuah bank akan semakin besar.

Tak berlebihan jika NIM dikatakan sebagai 'nyawa' dari operasional sebuah bank. Dengan NIM yang lebih besar, sebuah bank bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi kala menyalurkan kredit dalam besaran yang sama.



Sudah marjin menipis, perbankan juga kini dihadapkan dengan kondisi perekonomian yang lesu yang membuat penyaluran kredit tertekan. Per akhir kuartal III-2018, penyaluran kredit dari Bank Mandiri, BRI, dan BNI tercatat tumbuh masing-masing sebesar 13,8%, 16,5%, dan 15,6% jika dibandingkan dengan posisi per akhir kuartal III-2017. Per akhir kuartal III-2019, pertumbuhannya menyusut menjadi masing-masing sebesar 7,8%, 11,6%, dan 14,7% (dibandingkan posisi per akhir kuartal III-2018).



Tak sampai disitu, perbankan kini juga dihadapkan dengan permasalahan ketatnya likuiditas. Per akhir kuartal III-2019, Loan to Deposits Ratio (LDR) Bank Mandiri tercatat berada di level 94,13%, naik dari posisi per akhir kuartal III-2018 yang sebesar 93,53%. Sementara itu, LDR dari BRI naik menjadi 94,15%, dari sebelumnya 92,69%. Untuk BNI, LDR naik menjadi 96,6%, dari yang sebelumnya 89%.

Mengingat ketiga bank pelat merah tersebut berkontribusi hingga 35,3% dari total setoran dividen yang diterima pemerintah pada tahun 2018, wajar jika pemerintah menjadi konservatif dalam mematok target penerimaan dividen untuk tahun depan.

(ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular