
Kontraksi Impor Relatif Kecil, Akhir Sesi 1 IHSG Naik 0,46%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 December 2019 12:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka flat di level 6.197,31 pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (16/12/2019).
Selepas itu, IHSG dengan nyaman melaju di zona hijau. Per akhir sesi satu, apresiasi IHSG telah mencapai 0,46% ke level 6.225,49.
IHSG dengan nyaman melaju di zona hijau kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia justru sedang ditransaksikan di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,02%, indeks Hang Seng melemah 0,37%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,03%.
Bursa saham Benua Kuning melemah kala ada perkembangan yang positif terkait negosiasi dagang AS-China. Menjelang akhir pekan kemarin, AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.
Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember.
Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.
Pembatalan eksekusi bea masuk tambahan tersebut menjadi elemen krusial dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi global di level yang relatif tinggi. Pasalnya, bea masuk tersebut, jika jadi dieksekusi, akan mengincar produk-produk konsumer yang diimpor oleh AS dari China seperti mainan, ponsel, hingga pakaian.
Pengenaan bea masuk tambahan akan membuat harga produk-produk konsumer tersebut lebih mahal sehingga berpotensi menekan permintaan. Padahal, AS tengah memasuki musim liburan di mana momen tersebut biasanya menghasilkan permintaan yang tinggi atas produk-produk konsumer.
Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk bagi senilai US$ 120 miliar produk impor asal China yang sebesar 15% nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang sedianya disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada hari Minggu.
Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.
Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu tersebut pada pekan pertama Januari 2020.
Adanya ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China tampak menjadi faktor yang membuat pelaku pasar memilih memasang posisi defensif.
Walaupun Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut jumlahnya.
Sentimen positif dari dalam negeri sukses mengerek kinerja IHSG. Sekitar sejam yang lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengadakan konferensi pers terkait rilis data perdagangan internasional periode November 2019.
Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa nilai ekspor mencapai US$ 14,01 miliar, turun 5,67% jika dibandingkan nilai pada November 2018. Kontraksi tersebut lebih dalam ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor terkontraksi atau tumbuh negatif 2,05% secara tahunan.
Sementara itu, nilai impor sepanjang November 2019 tercatat senilai US$ 15,34 miliar, turun 9,24% jika dibandingkan nilai pada November 2018. Kontraksi impor lebih tipis jika dibandingkan dengan konsensus yang memproyeksikan kontraksi hingga 13,41% secara tahunan.
Pelaku pasar tampak lega melihat fakta bahwa impor Indonesia tidak terkontraksi hingga dua digit seperti yang diperkirakan para ekonom. Hal ini lantas menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di tanah air masih relatif bergeliat.
Sebelum data perdagangan internasional dirilis, investor asing hanya membukukan beli bersih sekitar Rp 20 miliar di pasar reguler. Per akhir sesi satu, nilainya telah melonjak menjadi Rp 132,5 miliar.
Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing di pasar reguler di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 249,9 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 19,8 miliar), PT Erajaya Swasembada Tbk/ERAA (Rp 14,9 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 7,5 miliar), dan PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (Rp 4,1 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Besok AS-China Deal! IHSG Nyaman di Zona Hijau
Selepas itu, IHSG dengan nyaman melaju di zona hijau. Per akhir sesi satu, apresiasi IHSG telah mencapai 0,46% ke level 6.225,49.
IHSG dengan nyaman melaju di zona hijau kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia justru sedang ditransaksikan di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,02%, indeks Hang Seng melemah 0,37%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,03%.
Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember.
Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.
Pembatalan eksekusi bea masuk tambahan tersebut menjadi elemen krusial dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi global di level yang relatif tinggi. Pasalnya, bea masuk tersebut, jika jadi dieksekusi, akan mengincar produk-produk konsumer yang diimpor oleh AS dari China seperti mainan, ponsel, hingga pakaian.
Pengenaan bea masuk tambahan akan membuat harga produk-produk konsumer tersebut lebih mahal sehingga berpotensi menekan permintaan. Padahal, AS tengah memasuki musim liburan di mana momen tersebut biasanya menghasilkan permintaan yang tinggi atas produk-produk konsumer.
![]() |
Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk bagi senilai US$ 120 miliar produk impor asal China yang sebesar 15% nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang sedianya disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada hari Minggu.
Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.
Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu tersebut pada pekan pertama Januari 2020.
Adanya ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China tampak menjadi faktor yang membuat pelaku pasar memilih memasang posisi defensif.
Walaupun Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut jumlahnya.
Sentimen positif dari dalam negeri sukses mengerek kinerja IHSG. Sekitar sejam yang lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengadakan konferensi pers terkait rilis data perdagangan internasional periode November 2019.
Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa nilai ekspor mencapai US$ 14,01 miliar, turun 5,67% jika dibandingkan nilai pada November 2018. Kontraksi tersebut lebih dalam ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor terkontraksi atau tumbuh negatif 2,05% secara tahunan.
Sementara itu, nilai impor sepanjang November 2019 tercatat senilai US$ 15,34 miliar, turun 9,24% jika dibandingkan nilai pada November 2018. Kontraksi impor lebih tipis jika dibandingkan dengan konsensus yang memproyeksikan kontraksi hingga 13,41% secara tahunan.
Pelaku pasar tampak lega melihat fakta bahwa impor Indonesia tidak terkontraksi hingga dua digit seperti yang diperkirakan para ekonom. Hal ini lantas menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di tanah air masih relatif bergeliat.
Sebelum data perdagangan internasional dirilis, investor asing hanya membukukan beli bersih sekitar Rp 20 miliar di pasar reguler. Per akhir sesi satu, nilainya telah melonjak menjadi Rp 132,5 miliar.
Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing di pasar reguler di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 249,9 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 19,8 miliar), PT Erajaya Swasembada Tbk/ERAA (Rp 14,9 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 7,5 miliar), dan PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (Rp 4,1 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Besok AS-China Deal! IHSG Nyaman di Zona Hijau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular