Jelang Akhir Tahun, Apa The Fed Bakal Bikin Kejutan Lagi?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 December 2019 19:48
Jaga Independensi?
Foto: Pertumbuhan Ekonomi AS Terpukul, Kode Keras untuk The Fed? (CNBC Indonesia TV)

Selain karena pertumbuhan ekonomi yang terbilang masih cukup tinggi, ada faktor lain yang patut dipertimbangkan kala mencoba memproyeksikan hasil pertemuan The Fed kali ini.

Sepanjang tahun 2019, Presiden AS Donald Trump terus-menerus menyerang Powell dan koleganya di The Fed. Trump menganggap bahwa The Fed kelewat lamban dalam memangkas tingkat suku bunga acuan sehingga perekonomian AS tak bisa tumbuh secara maksimal.

Saking kesalnya, presiden AS ke-45 tersebut sempat menyindir bahwa para pejabat bank sentral AS memakan gaji buta. Kekesalan Trump ini dipicu oleh hasil pertemuan European Central Bank (ECB) selaku bank sentral Eropa.

Pada bulan September, ECB mengumumkan bahwa pihaknya memangkas deposit rate sebesar 10 basis poin (bps), dari yang sebelumnya -0,4% menjadi -0,5%.

Tak sampai disitu, ECB juga mengumumkan bahwa program quantitative easing (QE) yang disetop pada akhir tahun lalu akan kembali diaktifkan. Setiap bulannya, ECB akan menyuntikkan dana senilai 20 miliar euro ke sistem perbankan atau setara dengan US$ 21,9 miliar. Program ini akan berlangsung selama yang diperlukan, dilansir dari CNBC International.

“European Central Bank, bertindak dengan cepat, memangkas bunga sebesar 10 basis poin. Mereka mencoba, dan sukses, dalam mendepresiasi Euro melawan dolar AS yang SANGAT kuat, menyakiti ekspor AS…. Dan The Fed hanya duduk, duduk, dan duduk. Mereka (negara-negara Uni Eropa) dibayar untuk meminjam uang, sementara kita harus membayar bunga!” cuit Trump melalui akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump.

Sebelumnya, juga melalui media sosial Twitter, Trump menyerang The Fed dengan menyebut para pejabat dari institusi yang diketuai oleh Jerome Powell tersebut “Idiot”. Penyebabnya sama, Trump geram lantaran The Fed dianggap lamban dalam memangkas tingkat suku bunga acuan.

"The Federal Reserve harus memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi nol, atau negatif, dan sehabis itu kita harus mulai melakukan refinancing atas utang kita. BIAYA BUNGA BISA DITEKAN DENGAN SIGNIFIKAN. Kita punya mata uang yang hebat, kekuatan, dan neraca….” cuit Trump kemarin (11/9/2019).

“….AS haruslah selalu menikmati tingkat suku bunga yang terendah (jika dibandingkan negara-negara lain). Tak ada inflasi! Itu hanyalah kenaifan dari Jay Powell dan The Federal Resrve yang tak mengizinkan kita untuk melakukan hal yang banyak negara sudah lakukan. Sebuah kesempatan sekali seumur hidup yang kita lewatkan karena para “Idiot”.”

Untuk diketahui, kebanyakan bank sentral di dunia, termasuk AS, merupakan institusi yang independen. Arah kebijakan dari bank sentral tak bisa disetir oleh kepentingan politik.

Lantas, pernyataan-pernyataan bernada hawkish dari Powell terkait dengan potensi pelonggaran moneter lebih lanjut di masa depan bisa jadi juga dilandasi oleh keinginan untuk menjaga citra The Fed di mata publik. Powell bisa jadi sedang menjaga pandangan masyarakat bahwa The Fed tetaplah merupakan sebuah institusi yang independen.

Pada awal Oktober 2019, momen yang unik bisa kita dapati kala Powell memberikan pidato singkat menjelang pemutaran perdana dari film mengenai mantan Gubernur The Fed Marriner Eccles. Ecless merupakan orang nomor satu di bank sentral AS dalam periode 1934-1948.

Dalam pidato singkatnya, Powell menyebut bahwa Eccles “berjasa lebih daripada orang lain seiring dengan fakta bahwa AS kini memiliki bank sentral yang independen – sebuah bank sentral yang mampu mengambil keputusan-keputusan dengan dasar kepentingan ekonomi yang terbaik dalam jangka panjang, tanpa dicampuri tekanan politik di masa saat ini.”

Jelas bahwa di sini Powell menekankan terkait independensi bank sentral, independensi yang membuat pihak manapun, termasuk sang presiden yang sejatinya menominasikan calon Gubernur The Fed, tak bisa mencampuri kebijakan bank sentral.

Hal ini semakin jelas terlihat kala Powell menutup pidato singkatnya. Dirinya membacakan ulang kutipan dari Eccles yang diabadaikan dalam sebuah plakat yang terletak di markas The Fed di Washington: “Pengelolaan dari bank sentral harus benar-benar bebas dari bahaya yang datang dari kontrol politik dan kepentingan pribadi, baik secara tunggal maupun gabungan.”

Bisa dikatakan, Powell memanfaatkan momen tersebut untuk ‘menyerang’ balik Trump dengan mengingatkan secara keras bahwa sejatinya Trump memang tak punya kuasa untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga bank sentral.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular