
Jelang Akhir Tahun, Apa The Fed Bakal Bikin Kejutan Lagi?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 December 2019 19:48

Untuk diketahui, The Fed memiliki dua mandat yang ditetapkan oleh Kongres AS, yakni kestabilan harga (inflasi) dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang maksimum.
Berbicara mengenai inflasi, saat ini tingkat inflasi AS berada di level yang rendah. Untuk diketahui, acuan yang digunakan oleh The Fed untuk mengukur tingkat inflasi adalah Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index.
Data teranyar, Core PCE price index tercatat tumbuh sebesar 1,6% secara tahunan pada Oktober 2019, masih cukup jauh di bawah target The Fed yang sebesar 2%. Pertumbuhan Core PCE price index yang hanya mencapai 1,6% pada Oktober 2019 merupakan laju pertumbuhan paling lambat dalam tiga bulan.
Sementara itu, jika kita berbicara mengenai pasar tenaga kerja, saat ini pasar tenaga kerja AS sedang berada dalam posisi yang sangat-sangat oke. Per November 2019, tingkat pengangguran di AS berada di level 3,5%, menandai level terendah dalam 50 tahun terakhir. Tingkat pengangguran AS berhasil turun dari capaian bulan Oktober yang sebesar 3,6%.
Turunnya tingkat pengangguran AS ke level terendah dalam 50 tahun terakhir tak lain didorong oleh penciptaan lapangan kerja yang begitu fantastis. Untuk periode November 2019, penciptaan lapangan kerja di luar sektor pertanian diumumkan mencapai 266.000, jauh di atas konsensus yang sebanyak 181.000, seperti dilansir dari Forex Factory.
Dengan memperhatikan dua indikator yang menjadi mandat dari The Fed, jelas bahwa ruang pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut masih terbuka, seiring dengan inflasi yang masih berada di bawah target.
Jika memperhatikan angka pertumbuhan ekonomi, juga jelas terlihat bahwa perlambatan sedang menerpa perekonomian AS.
Pada kuartal I-2019, perekonomian AS tercatat tumbuh sebesar 3,1% (QoQ annualized), jauh lebih pesat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (kuartal I-2018) yang hanya mencapai 2,2%.
Namun, dalam dua kuartal berikutnya perekonomian AS bak kehilangan tenaga. Pada kuartal II-2019, perekonomian AS tercatat hanya tumbuh sebesar 2%, jauh melambat dibandingkan capaian pada kuartal II-2018 yang mencapai 4,2%. Kemudian pada kuartal III-2019, perekonomian AS hanya mampu tumbuh 2,1%, lebih lambat ketimbang pertumbuhan pada kuartal III-2018 yang mencapai 3,4%.
Lebih lanjut, data yang dirilis secara bulanan juga menunjukkan bahwa perekonomian AS tengah berada di dalam tekanan. Kini, empat bulan secara beruntun sudah aktivitas manufaktur di AS terkontraksi. Padahal, sektor manufaktur berkontirbusi besar dalam membentuk perekonomian AS.
Kontraksi pada sektor manufaktur AS ditunjukkan oleh data Manufacturing PMI yang dipublikasikan oleh Institute for Supply Management (ISM). Teranyar, untuk periode November 2019 Manufacturing PMI AS tercatat berada di level 48,1.
Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi. Lantas, tiga bulan sudah aktivitas manufaktur di AS selalu terkontraksi.
Lebih lanjut, aktivitas di sektor jasa yang juga merupakan elemen krusial bagi perekonomian AS tak bisa dibilang membanggakan. Pada periode Agustus-Oktober 2019, sektor jasa di AS memang masih membukukan ekspansi, terlihat dari Services PMI versi Markit yang terus berada di atas level 50. Namun, nilainya hanya berada di batas bawah 50, jauh berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya.
Jika dibiarkan berlanjut, kombinasi lemahnya aktivitas manufaktur dan jasa akan menekan perekonomian AS secara keseluruhan. Ketika ini yang terjadi, inflasi akan semakin sulit dipacu ke level 2%, sementara tingkat pengangguran akan bergerak ke atas, yang berarti mandat dari The Fed menjadi semakin jauh dari dicapai.
Dengan mencermati berbagai data ekonomi tersebut, lagi-lagi ruang untuk mengeksekusi pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi terbuka.
Namun, untuk pertemuan kali ini Tim Riset CNBC Indonesia memproyeksikan bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipertahankan. Alasannya, dari pernyataan-pernyataan pejabat The Fed dalam beberapa waktu terakhir, khususnya sang gubernur Jerome Powell, terlihat bahwa pihaknya sudah relatif puas dengan laju perekonomian di level saat ini.
Apalagi, walaupun memang ada tekanan signifikan yang menyelimuti perekonomian AS, pertumbuhannya diproyeksikan masih akan berada di level 2,35% oleh International Monetary Fund (IMF) pada tahun ini.
Jika berkaca kepada sejarah, pertumbuhan ekonomi di level 2,35% terbilang cukup tinggi bagi AS, apalagi kini perekonomiannya sudah dipengaruhi oleh yang namanya high-base effect lantaran pertumbuhan ekonomi di tahun 2018 nyaris mencapai 3%.
Jadi, walaupun ruang bagi The Fed untuk memangkas tingkat suku bunga acuan masih terbuka, Tim Riset CNBC Indonesia meyakini bahwa ruang tersebut belum akan dieksekusi pada pertemuan kali ini. Kemungkinan besar, ruang pemangkasan tingkat suku bunga acuan baru akan dieksekusi pada tahun depan. (ank/ank)
Next Page
Jaga Independensi?
Pages
Most Popular