
Nantikan Hasil Pertemuan The Fed, IHSG Ditutup di Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 December 2019 16:38

Depresiasi rupiah yang lumayan dalam menjadi faktor yang memantik aksi jual di pasar saham tanah air. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,18% di pasar spot ke level Rp 14.030/dolar AS.
Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang perkasa, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,12%.
Dolar AS mendapatkan suntikan energi dari gelaran rapat The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Kemarin waktu setempat (10/12/2019), The Fed memulai pertemuan yang akan berlangsung selama dua hari. Hasil dari pertemuan tersebut akan diumumkan besok dini hari waktu Indonesia (12/12/2019).
Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global, dan inflasi yang rendah menjadi faktor yang membuat The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps tersebut.
Kini, pelaku pasar meyakini bahwa The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Desember 2019, probabilitas The Fed akan menahan federal fund rate di posisi saat ini (1,5%-1,75%) berada di level 97,8%.
Sejatinya jika melihat data ekonomi AS, ruang bagi The Fed untuk memangkas tingkat suku bunga acuan cukup terbuka. Untuk diketahui, The Fed memiliki dua mandat yang ditetapkan oleh Kongres AS, yakni kestabilan harga (inflasi) dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang maksimum.
Berbicara mengenai inflasi, saat ini tingkat inflasi AS berada di level yang rendah. Untuk diketahui, acuan yang digunakan oleh The Fed untuk mengukur tingkat inflasi adalah Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index.
Data teranyar, Core PCE price index tercatat tumbuh sebesar 1,6% secara tahunan pada Oktober 2019, masih cukup jauh di bawah target The Fed yang sebesar 2%. Pertumbuhan Core PCE price index yang hanya mencapai 1,6% pada Oktober 2019 merupakan laju pertumbuhan paling lambat dalam tiga bulan.
Kali terakhir Core PCE price index mencapai target The Fed adalah pada Desember 2018 silam kala pertumbuhannya adalah 2%, sama persis dengan target. Selepas itu, pertumbuhan Core PCE price index selalu berada di bawah angka 2%.
Sementara itu, jika kita berbicara mengenai pasar tenaga kerja, saat ini pasar tenaga kerja AS sedang berada dalam posisi yang sangat-sangat oke. Per November 2019, tingkat pengangguran di AS berada di level 3,5%, menandai level terendah dalam 50 tahun terakhir. Tingkat pengangguran AS berhasil turun dari capaian bulan Oktober yang sebesar 3,6%.
Turunnya tingkat pengangguran AS ke level terendah dalam 50 tahun terakhir tak lain didorong oleh penciptaan lapangan kerja yang begitu fantastis. Untuk periode November 2019, penciptaan lapangan kerja di luar sektor pertanian diumumkan mencapai 266.000, jauh di atas konsensus yang sebanyak 181.000, seperti dilansir dari Forex Factory.
Dengan memperhatikan dua indikator yang menjadi mandat dari The Fed, jelas bahwa ruang pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut masih terbuka, seiring dengan inflasi yang masih berada di bawah target.
Namun, pelaku pasar tetap saja meyakini bahwa The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga acuannya.
Kala sebuah bank sentral mempertahankan atau menaikkan tingkat suku bunga acuan, mata uangnya memang biasanya akan mendapatkan suntikan energi untuk menguat.
Merespons pelemahan rupiah, investor asing melakukan aksi jual di pasar saham tanah air. Per akhir sesi dua, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 154 miliar di pasar reguler.
Saham-saham yang banyak dilepas investor asing per akhir sesi dua di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 71 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 45,3 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 40,5 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 25,2 miliar), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (Rp 23,9 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular