Nilai Transaksi Drop
Digoyang Kasus Reksa Dana, Investor "Takut" Belanja Saham
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 December 2019 14:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Penurunan nilai transaksi rata-rata transaksi harian Bursa Efek Indonesia (BEI) belakangan ini harus diwaspadai. Pasalnya muncul persepsi negatif dikalangan pelaku pasar terkait sejumlah masalah di manajer investasi terkait produk reksa dana yang terkoreksi dalam.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia pada Selasa (10/12/2019) hingga pukul 14.00 WIB tercatat, transaksi harian baru mencapai Rp 3,28 triliun. Sebanyak 167 saham terpantau bergerak di zona hijau, 198 saham lainnya melemah dan ada 154 saham yang bergerak mendatar.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengakui, belakangan ini ada penurunan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH). Penurunan ini tak lain disebabkan karena besarnya pengaruh faktor eksternal seperti ketidakpastian global karena kecamuk perang dagang.
"Jadi kalau nanti mereda yang di luar kita akan oke kembali," kata Inarno Djajadi kepada CNBC Indonesia di BEI, Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Namun, Inarno tidak menampik dari penurunan transaksi harian itu ada pengaruh dari kasus manajer investasi belakangan ini yang dibekukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sehingga, investor akan cenderung berhati-hati bahkan menghindari melakukan transaksi di saham-saham lapis kedua dan ketiga alias saham gorengan.
"Kita memang ada masalah dengan manajer investasi yang kena sanksi, tapi indeks kita bertahan cukup lumayan bagus," kata Inarno.
Sependapat dengan BEI, Head of Indonesia Equity Citigroup Sekuritas Indonesia Ferry Wong menilai penurunan transaksi harian belakangan ini juga tidak terlepas dari persepsi inevstor terkait kasus reksa dana yang ramai belakangan ini. Tidak hanya itu, kata dia, meski window dressing sudah dilakukan, tapi dampaknya masih cukup terbatas.
"Transaksi turun karena kemarin manajer investasi yang bermasalah, window dressing masih terbatas," ungkap Ferry.
Penurunan nilai transaksi harian BEI, menurut Ekonom yang juga Wakil Komisaris Utama Bank Mandiri, Chatib Basri harus disikapi secara hati-hati.
Menurut Chatib, dengan kondisi global seperti sekarang, investor asing cenderung menghindari aset berisiko seperti saham dan beralih ke instrumen obligasi karena ditopang oleh nilai tukar Rupiah yang stabil, selain itu obligasi yang diterbitkan pemerintah cenderung memberikan imbal hasil yang lebih baik ketimbang di pasar saham.
"Inilah kemudian yang menyebabkan indeks (indeks harga saham gabungan/IHSG) turun dari 6.500 ke level 6.100. Jadi kalau target transaksi Rp 9 triliun per hari harus hati-hati, karena down side risk, tergantung likuiditasnya ada atau tidak," kata Chatib Basri.
(hps/hps) Next Article Lompat 500%, Saham Trikomsel Tak Boleh Ditransaksikan
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia pada Selasa (10/12/2019) hingga pukul 14.00 WIB tercatat, transaksi harian baru mencapai Rp 3,28 triliun. Sebanyak 167 saham terpantau bergerak di zona hijau, 198 saham lainnya melemah dan ada 154 saham yang bergerak mendatar.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengakui, belakangan ini ada penurunan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH). Penurunan ini tak lain disebabkan karena besarnya pengaruh faktor eksternal seperti ketidakpastian global karena kecamuk perang dagang.
Namun, Inarno tidak menampik dari penurunan transaksi harian itu ada pengaruh dari kasus manajer investasi belakangan ini yang dibekukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sehingga, investor akan cenderung berhati-hati bahkan menghindari melakukan transaksi di saham-saham lapis kedua dan ketiga alias saham gorengan.
"Kita memang ada masalah dengan manajer investasi yang kena sanksi, tapi indeks kita bertahan cukup lumayan bagus," kata Inarno.
Sependapat dengan BEI, Head of Indonesia Equity Citigroup Sekuritas Indonesia Ferry Wong menilai penurunan transaksi harian belakangan ini juga tidak terlepas dari persepsi inevstor terkait kasus reksa dana yang ramai belakangan ini. Tidak hanya itu, kata dia, meski window dressing sudah dilakukan, tapi dampaknya masih cukup terbatas.
"Transaksi turun karena kemarin manajer investasi yang bermasalah, window dressing masih terbatas," ungkap Ferry.
Penurunan nilai transaksi harian BEI, menurut Ekonom yang juga Wakil Komisaris Utama Bank Mandiri, Chatib Basri harus disikapi secara hati-hati.
Menurut Chatib, dengan kondisi global seperti sekarang, investor asing cenderung menghindari aset berisiko seperti saham dan beralih ke instrumen obligasi karena ditopang oleh nilai tukar Rupiah yang stabil, selain itu obligasi yang diterbitkan pemerintah cenderung memberikan imbal hasil yang lebih baik ketimbang di pasar saham.
"Inilah kemudian yang menyebabkan indeks (indeks harga saham gabungan/IHSG) turun dari 6.500 ke level 6.100. Jadi kalau target transaksi Rp 9 triliun per hari harus hati-hati, karena down side risk, tergantung likuiditasnya ada atau tidak," kata Chatib Basri.
(hps/hps) Next Article Lompat 500%, Saham Trikomsel Tak Boleh Ditransaksikan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular