
Melemah di Sesi Pagi, Kurs Dolar Australia Kini Balik Menguat
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 December 2019 12:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah menjelang tengah hari Selasa (10/12/2019). Pada pukul 11:15 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.570.23 atau menguat 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Padahal di awal perdagangan, Mata Uang Kanguru tersebut melemah 0,19%.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs dolar Australia di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 12:30 WIB.
Dolar Australia sudah melemah dalam tiga hari beruntun hingga Senin kemarin, dengan total pelemahan lebih dari 1%. Jika ditambah dengan penurunan pagi ini tentunya lebih besar lagi. Penurunan tersebut terbilang terlalu cepat hingga memicu aksi ambil untung atau profit taking.
Jika melihat fundamental kedua mata uang, rupiah lebih unggul dari dolar Australia. Data Negeri Kanguru yang dirilis pekan lalu menunjukkan kondisi ekonomi kembali memburuk.
Rabu (4/12/2019) lalu, Biro Statistik Australia melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 tumbuh sebesar 0,4% quarter-on-quarter (QoQ) lebih rendah dari pertumbuhan kuartal sebelumnya 0,6%, dan lebih rendah dari konsensus Trading Economics 0,5%.
Sehari setelah itu, data menunjukkan penjualan ritel Australia pada Oktober stagnan, sebesar 0% month-on-month (MoM) dari bulan September yang naik 0,2%. Stagnannya pertumbuhan penjualan ritel tersebut lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%.
Selain itu, pada periode yang sama tingkat ekspor dilaporkan turun 5% MoM sementara impor stagnan 0%. Dampaknya, surplus neraca perdagangan Australia terpangkas signifikan menjadi AU$ 4,5 miliar dari sebelumnya AU$ 6,85 miliar.
Serangkaian data tersebut memicu spekulasi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan segera memangkas suku bunga lagi. Sepanjang tahun ini, RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing 25 basis poin (bps) hingga ke level terendah sepanjang sejarah 0,75%.
Sebaliknya, dari dalam negeri data ekonomi dirilis cukup bagus. Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) merilis indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Kemudian BI juga melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.
Terbaru pada hari ini BI melaporkan penjualan ritel di bulan Oktober yang tumbuh 3,6% year-on-year (YoY), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan Oktober 0,7%. Akibat ketimpangan data ekonomi tersebut, rupiah sukses menekan dolar Australia pagi ini, sebelum diterpa aksi profit taking yang membuatnya melemah pada siang hari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Karena China, Dolar Australia Berbalik Menguat Lawan Rupiah
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs dolar Australia di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 12:30 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BNI | 9.533,00 | 9.605,00 |
Bank BRI | 9.475.15 | 9.647,68 |
Bank Mandiri | 9.540,00 | 9.575,00 |
Bank BTN | 9.445,00 | 9.649,00 |
Bank BCA | 9.557,98 | 9.587,98 |
CIMB Niaga | 9.297,50 | 9.820,22 |
Jika melihat fundamental kedua mata uang, rupiah lebih unggul dari dolar Australia. Data Negeri Kanguru yang dirilis pekan lalu menunjukkan kondisi ekonomi kembali memburuk.
Rabu (4/12/2019) lalu, Biro Statistik Australia melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 tumbuh sebesar 0,4% quarter-on-quarter (QoQ) lebih rendah dari pertumbuhan kuartal sebelumnya 0,6%, dan lebih rendah dari konsensus Trading Economics 0,5%.
Sehari setelah itu, data menunjukkan penjualan ritel Australia pada Oktober stagnan, sebesar 0% month-on-month (MoM) dari bulan September yang naik 0,2%. Stagnannya pertumbuhan penjualan ritel tersebut lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%.
Selain itu, pada periode yang sama tingkat ekspor dilaporkan turun 5% MoM sementara impor stagnan 0%. Dampaknya, surplus neraca perdagangan Australia terpangkas signifikan menjadi AU$ 4,5 miliar dari sebelumnya AU$ 6,85 miliar.
Serangkaian data tersebut memicu spekulasi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan segera memangkas suku bunga lagi. Sepanjang tahun ini, RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing 25 basis poin (bps) hingga ke level terendah sepanjang sejarah 0,75%.
Sebaliknya, dari dalam negeri data ekonomi dirilis cukup bagus. Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) merilis indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Kemudian BI juga melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.
Terbaru pada hari ini BI melaporkan penjualan ritel di bulan Oktober yang tumbuh 3,6% year-on-year (YoY), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan Oktober 0,7%. Akibat ketimpangan data ekonomi tersebut, rupiah sukses menekan dolar Australia pagi ini, sebelum diterpa aksi profit taking yang membuatnya melemah pada siang hari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Karena China, Dolar Australia Berbalik Menguat Lawan Rupiah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular