Kurs Dolar Australia Kuat Saat Kasus Corona Naik, Kok Bisa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 June 2020 12:48
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (22/6/2020), Negeri Kanguru kini berisiko mengalami serangan pandemi penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua.

Pada pukul 11:26 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.682,47, dolar Australia menguat 0,87% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Di Negara Bagian Victoria di Australia, terjadi peningkatan kasus Covid-19 beberapa hari terakhir. Menteri Kesehatan Negara Bagian Victoria, Jenny Mikakos mengatakan ada 12 kasus baru hari ini, setelah 19 kasus baru Minggu kemarin.

Penambahan 12 kasus per hari tersebut merupakan yang tertinggi dalam 2 bulan terakhir. 

Oleh karena itu, pemerintah Negara Bagian Victoria memperpanjang masa tanggap darurat sampai 19 Juli. Satu rumah tangga maksimal hanya boleh menampung lima orang dan pertemuan di luar ruangan dibatasi paling banyak 10 orang. Padahal sebelumnya pemerintah telah memberi kelonggaran dengan memperbolehkan 20 orang berkumpul di luar ruangan.

Meski menghadapi risiko serangan Covid-19 gelombang kedua, nyatanya dolar Australia masih mampu menguat. Risiko penyebaran Covid-19 gelombang kedua justru lebih memukul rupiah. Sebabnya, rupiah merupakan aset negara emerging market, yang tentunya dianggap lebih berisiko.

Selain itu, data ekonomi Australia di bulan ini juga terbilang mengejutkan, sehingga kemeresotan ekonomi yang dialami kemungkinan tidak akan seburuk yang ditakutkan pelaku pasar.

Di awal bulan ini, pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Australia kuartal I-2020 dilaporkan mengalami kontraksi atau minus 0,3% quarter-on-quarter (QoQ).

Rilis tersebut masih lebih bagus dari prediksi kontraksi 0,4% di Forex Factory. Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year, PDB Australia tumbuh 1,4%.

Kemudian penurunan surplus neraca dagang Australia juga tak sebesar prediksi. Surplus neraca dagang di bulan April tercatat sebesar AU$ 8,8 miliar, lebih baik ketimbang prediksi AU$ 7,5 miliar.

Selain itu, penjualan ritel bulan Mei melonjak 16,3% month-on-month (MoM) yang merupakan rekor kenaikan tertinggi, setelah di bulan sebelumnya merosot 17,7%

Dibandingkan dengan Mei 2019, penjualan ritel juga naik 5,3%, dengan nilai total A$28,83 miliar.

Kenaikan tajam penjualan ritel tersebut menunjukkan konsumsi warga Australia berangsur normal kembali, dan memberikan harapan akan pemulihan ekonomi yang cepat setelah ambrol akibat pandemi Covid-19.

Hanya data tenaga kerja yang mengecewakan. Tingkat pengangguran Australia dilaporkan naik menjadi 7,1% di bulan Mei dari sebelumnya 6,4%. Kenaikan tersebut lebih tinggi dari prediksi sebesar 6,9%.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Omicron Meneror Australia, Dolarnya Lesu Lawan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular