Rupiah Libas 3 Dolar Lagi, Tembus ke Bawah Rp 13.800/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 January 2020 10:13
melawan dolar Amerika Serikat (AS) Sang Garuda menembus ke bawah US$ 13.800/US$, dan berada di level terkuat sejak April 2018.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali berjaya pada perdagangan Jumat (10/1/2020), melawan dolar Amerika Serikat (AS) Sang Garuda menembus ke bawah US$ 13.800/US$, dan berada di level terkuat sejak April 2018.

Rupiah sebenarnya mengawali perdagangan dengan melemah 0,03% di level Rp 13.850/US$, tetapi sekitar 1 jam kemudian rupiah langsung menguat tajam 0,4% ke level Rp 13.790/US$. Penguatan tersebut sedikit terpangkas, rupiah berada di level Rp 13.800/US$ pada pukul 9:25 WIB.

Di waktu yang sama, rupiah menguat 0,33% melawan dolar Singapura ke level Rp 10.207,86/SG$, menjadi yang terkuat sejak September 2019. Melawan dolar Australia, rupiah lebih perkasa lagi, menguat 0,37% ke Rp 9459,9/AU$ dan mencapai level terkuat sejak Februari 2016.



Rupiah melanjutkan performa impresifnya Kamis kemarin yang juga menaklukan ketiga dolar tersebut akibat membaiknya sentiment pelaku pasar sehingga kembali masuk ke aset-aset berisiko yang berimbal hasil tinggi, rupiah pun mendapat rezeki.

Seperti diketahui sebelumnya, pada Rabu (8/1/2020) pagi kemarin, Iran menyerang pangkalan militer AS di Irak dengan belasan rudal. Pasar dibuat cemas akan risiko terjadinya perang yang lebih luas, tetapi Presiden AS, Donald Trump, mendinginkan situasi.

Dalam pidatonya pada Rabu (8/1/2020) malam terkait serangan rudal tersebut Trump mengatakan Iran "sepertinya mundur" setelah melakukan serangan tersebut. Ia juga menyatakan akan mengenakan sanksi ekonomi ke Teheran. Hal tersebut mengindikasikan Presiden AS ke-45 ini tidak akan menggunakan kekuatan militer, yang membuat sentimen pelaku pasar kembali membaik.

Presiden AS ke-45 ini juga mengatakan membuka peluang bernegosiasi dengan Iran. "Kita semua harus bekerja sama untuk mencapai kesepakatan dengan Iran yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman dan damai" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.


Kecemasan akan terjadinya perang pun mulai mereda. Rupiah mendapat tenaga tambahan untuk menguat setelah memastikan akan menandatangani kesepakatan dagang fase I pada 15 Januari mendatang.

"Karena undangan dari AS, Liu He akan memimpin delegasi ke Washington dari tanggal 13 hingga 15 Januari untuk menandatangani perjanjian fase I," kata Menteri Pertanian China Gao Feng, sebagaimana dikutip AFP.

"Kedua pihak kini tengah dalam pembicaraan intens tentang detail penandatanganan."

Kesepakatan dagang fase I bisa menjadi awal berakhirnya perang dagang antara AS dengan China yang sudah berlangsung sejak pertengahan 2018, dan membuat perekonomian global melambat. Ketika perang dagang resmi berakhir, laju pertumbuhan ekonomi global diharapkan akan lebih terakselerasi.
Selain itu, rupiah sejak Rabu kemarin juga punya modal lain untuk menguat, yakni data cadangan devisa RI.

Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa Indonesia bulan Desember 2019 yang naik menjadi US$ 129,18 miliar, dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$ 126,63 miliar. Cadangan devisa di bulan Desember tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Januari 2018.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tulis BI dalam keterangannya, Rabu (8/1/2020).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular