Rupiah Hijau Saat Para Tetangganya Merah, 'Dijagain' BI Nih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 December 2019 08:13
Rupiah Hijau Saat Para Tetangganya Merah, 'Dijagain' BI Nih?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Sepertinya kehadiran Bank Indonesia (BI) di pasar berhasil membuat rupiah melanjutkan tren penguatan.

Pada Selasa (10/12/2019), US$ 1 dihargai Rp 13.990 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sebelum hari ini, rupiah sudah menguat selama tiga hari perdagangan beruntun. Selama periode tersebut, apresiasi rupiah tercatat 0,64%.

Ada kemungkinan intervensi BI membuat rupiah mampu bertahan di zona hijau. Terlihat dari pasar Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF) yang sudah aktif sebelum pukul 08:00 WIB, tepatnya pukul 07:12 WIB. 'Pengawalan' BI sudah terjadi sebelum pasar spot dibuka.

Bukan apa-apa, hari ini memang ada risiko rupiah bisa melemah. Sebab, rupiah sudah menguat tiga hari beruntun dan sepertinya butuh waktu untuk 'ambil napas'.


Kebetulan memang ada momentum untuk melakukan ambil untung (profit taking). Pasar sedang relatif sepi, belum ada sentimen besar yang bisa menjadi penggerak.

Dinamika hubungan AS-China memang masih menjadi perhatian. Sebenarnya ada kabar baik, di mana Beijing mengungkapkan perjanjian damai dagang dengan Washington bisa terwujud dalam waktu dekat.

"Soal negosiasi dagang AS-China, kami berharap kedua pihak bisa mendorong percepatan dialog yang tetap berlandaskan asas kesetaraan dan saling menghormati. Semoga ada kesepakatan yang bisa memuaskan seluruh pihak dalam waktu secepat mungkin," kata Ren Hongbin, Asisten Menteri Perdagangan China, seperti diberitakan Reuters.

Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump juga mengungkapkan bahwa dirinya puas dengan proses negosiasi yang tengah berlangsung. Dia menambahkan AS-China belum mendiskusikan soal 15 Desember, di mana AS akan menerapkan bea masuk baru terhadap importasi produk China senilai US$ 156 miliar.


"Kita akan lihat, tetapi sekarang kita bergerak maju. Mengenai 15 Desember, sesuatu bisa terjadi, tetapi kami belum membahas soal itu. Kami sedang dalam diskusi yang bagus dengan China," kata Trump, dikutip dari Reuters.

Well, hari ini sepertinya belum ada perkembangan signifikan soal dialog dagang AS-China. Situasi yang membuat pasar wait and see, dan membuat arus modal yang mengalir ke negara-negara berkembang agak seret.

Akibatnya, depresiasi melanda sebagian besar mata uang utama Asia. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:10 WIB:




Sementara dari dalam negeri, ada pula sentimen yang bisa membuat pelaku pasar menahan diri. Hari ini, BI akan merilis data penjualan ritel periode Oktober 2019.

Pada bulan sebelumnya, BI mencatat penjualan ritel tumbuh alakadarnya di 0,7% year-on-year (YoY). Ini adalah laju terlemah sejak Juni.




Penjualan ritel memang dalam tren melambat sejak awal tahun. Hal ini terjadi seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi dan ketidakpastian soal pendapatan konsumen.

Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI, menyatakan bahwa konsumsi rumah tangga didominasi oleh kelas menengah yang mencapai 60% dari populasi. Selain gaji tetap, kelas menengah biasanya mendapat pemasukan dari surat-surat berharga di pasar keuangan seperti deposito, reksa dana, saham, atau obligasi.

Nah, pasalnya saat ini ketidakpastian di pasar keuangan sedang tinggi. Ini sedikit banyak akan mempengaruhi pendapatan kelas menengah.

"Begitu ketidakpastian muncul, mereka akan menahan konsumsi. Kalau future income tidak jelas, mereka pasti menahan," tutur Dody.


Apabila rilis data penjualan ritel memberi konfirmasi mengenai hal ini, maka perlambatan ekonomi domestik akan semakin terpampang nyata. Tentu sesuatu yang membuat investor merasa kurang nyaman sehingga pasar keuangan Indonesia akan dihindari untuk sementara waktu.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular