
Jangan Senang Dulu Emas Menguat, Tantangan Pekan Ini Berat!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 December 2019 21:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global menguat tipis pada perdagangan Senin (9/12/2019) setelah anjlok lebih dari 1% pada Jumat pekan lalu. Pada pukul 21:10 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.463,11/troy ons, menguat 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Data tenaga kerja AS yang impresif menjadi pemicu anjloknya emas pada Jumat lalu. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang November perekonomian AS mampu menyerap 266.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP).
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober sebanyak 156.000 tenaga kerja, dan jauh lebih tinggi dari konsensus Trading Economics sebesar 180.000 tenaga kerja. NFP pada bulan November tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak bulan Januari lalu.
Data tersebut semakin impresif jika melihat rilis data jika melihat rilis data oleh Automatic Data Processing Inc. (ADP) pada Rabu lalu yang melaporkan sektor swasta AS menyerap tenaga kerja hanya sebanyak 67.000 orang.
Belum lagi jika melihat tingkat pengangguran Negeri Sam yang dilaporkan di 3,5% di bulan November. Tingkat pengangguran tersebut turun dibandingkan bulan Oktober sebesar 3,6%, menyamai catatan di bulan September, dan merupakan yang terendah sejak tahun 1969.
Hanya satu data yang kurang bagus yakni rata-rata upah per jam yang naik 0,2% month-on-month (MoM) lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%. Seandainya data ini juga dilaporkan lebih tinggi dari konsensus, tekanan bagi emas akan semakin hebat.
Untuk diketahui, data tenaga kerja AS merupakan salah satu acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Rilis data yang impresif ini tentunya menguatkan sikap The Fed untuk menahan suku bunganya. Ketika The Fed tidak menurunkan suku bunga, maka satu pijakan emas untuk melaju pun hilang.
Data tenaga kerja AS yang impresif menjadi pemicu anjloknya emas pada Jumat lalu. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang November perekonomian AS mampu menyerap 266.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP).
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober sebanyak 156.000 tenaga kerja, dan jauh lebih tinggi dari konsensus Trading Economics sebesar 180.000 tenaga kerja. NFP pada bulan November tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak bulan Januari lalu.
Data tersebut semakin impresif jika melihat rilis data jika melihat rilis data oleh Automatic Data Processing Inc. (ADP) pada Rabu lalu yang melaporkan sektor swasta AS menyerap tenaga kerja hanya sebanyak 67.000 orang.
Belum lagi jika melihat tingkat pengangguran Negeri Sam yang dilaporkan di 3,5% di bulan November. Tingkat pengangguran tersebut turun dibandingkan bulan Oktober sebesar 3,6%, menyamai catatan di bulan September, dan merupakan yang terendah sejak tahun 1969.
Hanya satu data yang kurang bagus yakni rata-rata upah per jam yang naik 0,2% month-on-month (MoM) lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%. Seandainya data ini juga dilaporkan lebih tinggi dari konsensus, tekanan bagi emas akan semakin hebat.
Untuk diketahui, data tenaga kerja AS merupakan salah satu acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Rilis data yang impresif ini tentunya menguatkan sikap The Fed untuk menahan suku bunganya. Ketika The Fed tidak menurunkan suku bunga, maka satu pijakan emas untuk melaju pun hilang.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular