Jangan Senang Dulu Emas Menguat, Tantangan Pekan Ini Berat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 December 2019 21:30
Jangan Senang Dulu Emas Menguat, Tantangan Pekan Ini Berat!
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global menguat tipis pada perdagangan Senin (9/12/2019) setelah anjlok lebih dari 1% pada Jumat pekan lalu. Pada pukul 21:10 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.463,11/troy ons, menguat 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Data tenaga kerja AS yang impresif menjadi pemicu anjloknya emas pada Jumat lalu. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang November perekonomian AS mampu menyerap 266.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP).

Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober sebanyak 156.000 tenaga kerja, dan jauh lebih tinggi dari konsensus Trading Economics sebesar 180.000 tenaga kerja. NFP pada bulan November tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak bulan Januari lalu.



Data tersebut semakin impresif jika melihat rilis data jika melihat rilis data oleh Automatic Data Processing Inc. (ADP) pada Rabu lalu yang melaporkan sektor swasta AS menyerap tenaga kerja hanya sebanyak 67.000 orang.

Belum lagi jika melihat tingkat pengangguran Negeri Sam yang dilaporkan di 3,5% di bulan November. Tingkat pengangguran tersebut turun dibandingkan bulan Oktober sebesar 3,6%, menyamai catatan di bulan September, dan merupakan yang terendah sejak tahun 1969.



Hanya satu data yang kurang bagus yakni rata-rata upah per jam yang naik 0,2% month-on-month (MoM) lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%. Seandainya data ini juga dilaporkan lebih tinggi dari konsensus, tekanan bagi emas akan semakin hebat.

Untuk diketahui, data tenaga kerja AS merupakan salah satu acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Rilis data yang impresif ini tentunya menguatkan sikap The Fed untuk menahan suku bunganya. Ketika The Fed tidak menurunkan suku bunga, maka satu pijakan emas untuk melaju pun hilang.

Penurunan lebih dari 1% tersebut tentunya membuat harga terlihat "murah" bagi sebagian pelaku pasar, yang memicu aksi beli. Atau bisa jadi banyak pelaku pasar yang melepas posisi jualnya untuk mencairkan profit atau yang dikenal dengan istilah short covering.

Melihat background tersebut, kenaikan harga emas belum bisa dianggap bagus. Apalagi mengingat pekan ini ada dua faktor krusial yang akan menentukan nasib emas, pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) serta kemungkinan adanya kesepakatan dagang AS-China.

Seperti disebutkan sebelumnya, rilis data tenaga kerja AS merupakan salah satu acuan The Fed untuk menetapkan suku bunga. Rilis data yang impresif tentunya memperkuat sikap The Fed untuk tidak lagi memangkas suku bunga. 



Belum lagi melihat pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2019 yang direvisi naik. Pembacaan kedua data produk domestik bruto (PDB) AS tersebut dirilis sebesar 2,1% lebih tinggi dari pembacaan pertama sebesar 1,9%. 

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar kini melihat probabilitas sebesar 99,3% The Fed akan mempertahankan suku bunga 1,5-1,75% (150-175 basis poin) saat pengumuman Kamis (12/12/19) dini hari. 

Jangan Senang Dulu Emas Menguat, Tantangan Di Pekan Ini BeratGrafik: Probabilitas suku bunga The Fed 
Sumber: CME Group


Perangkat tersebut juga menunjukkan probabilitas suku bunga dinaikkan sebesar 0,7%, sementara probabilitas suku bunga dipangkas 0%. Ini artinya pelaku pasar sudah yakin The Fed tidak akan memangkas suku bunga lagi di pekan ini. 

Beralih ke perundingan dagang AS-China, kedua negara sampai saat ini masih melakukan perundingan secara intensif dan berada di jalur yang bagus. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa sesuatu bisa terjadi terkait dengan bea masuk tambahan yang dibebankan Washington terhadap produk impor asal China. 

Pernyataan itu mengindikasikan batalnya bea masuk tambahan importasi produk China yang sedianya berlaku pada 15 Desember. Penghapusan bea masuk tambahan merupakan syarat China untuk kesepakatan dagang tahap satu. China juga meminta menghapus bea masuk senilai US$ 375 miliar, dari US$ 550 miliar yang selama ini sudah dikenakan. 



Sementara itu China juga memberikan kabar bagus. China memutuskan untuk memberi kelonggaran bea masuk atas sejumlah impor produk pangan asal AS seperti kedelai dan daging babi.

Namun yang patut diingat AS sampai saat ini masih berencana menaikkan lagi bea masuk importasi produk dari China pada 15 Desember nanti jika kedua negara belum menandatangani kesepakatan dagang.

Jadi sebelum tanggal 15 tersebut, yang berarti sepanjang pekan ini, akan menjadi krusial bagi kedua negara, dan berdampak besar bagi perekonomian global begitu juga dengan harga emas. 

Jika The Fed kembali menegaskan sikapnya untuk tidak menurunkan suku bunga lagi pada Kamis (12/12/2019) dini hari, serta AS-China akhirnya meneken kesepakatan dagang, tekanan bagi emas akan semakin berat, aksi jual akan kembali berlanjut, bahkan lebih masif.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular