
3 Sekuritas Asing Hengkang, Berapa Nilai Transaksi Tergerus?

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru mengumumkan pencabutan izin perusahaan efek PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia sebagai perantara pedagang efek (PPE/broker/pialang). Izin tersebut dicabut sejak 14 November lalu.
Selain Merrill Lynch, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi pernah menyatakan bahwa PT Deutsche Sekuritas Indonesia dan PT Nomura Sekuritas Indonesia juga sedang mengajukan diri untuk keluar dari statusnya sebagai sekuritas Anggota Bursa (AB).
Sekuritas AB adalah perusahaan yang memiliki izin sebagai PPE dari OJK sehingga berhak menggunakan sistem dan sarana bursa efek untuk bertransaksi.
Belum ada keterangan resmi dari Merrill Lynch dan Nomura Sekuritas, tetapi Deutsche Sekuritas diprediksi ditutup terkait dengan kebijakan grup perusahaan yang berniat menutup bisnis brokernya di seluruh dunia sejak tahun lalu.
Melihat fenomena hengkangnya sekuritas asing, apapun penyebabnya, ternyata nilai transaksi bursa yang berpotensi hilang dapat dihitung dengan melihat data historis masing-masing sekuritas di situs otoritas bursa.
Laporan statistik bursa 2016 (tahun terakhir data bursa tahunan yang dapat diakses publik saat ini), menunjukkan bahwa nilai transaksi pada tiga kuartal pertama 2019 sekuritas itu tidak sampai 75% dari nilai transaksi setahun penuh pada 2018.
Deutsche Sekuritas mentransaksikan saham di pasar senilai Rp 73,05 triliun pada 9 bulan pertama tahun ini, hanya berporsi 53,28% dari transaksi 2018 Rp 137,09 triliun.
Tahun lalu, unit usaha Deutsche Bank tersebut menjadi sekuritas dengan nilai transaksi saham terbesar ke-9 dan dengan pangsa pasar 3,36% dari total transaksi bursa.
Entah ada hubungannya dengan angka keberuntungan, uniknya posisi sekuritas berkode transaksi DB itu masih berada pada posisi yang persis sama di daftar sekuritas dengan nilai transaksi saham terbesar pada 2016 dan 2017, yakni pada posisi ke-9.
Persentase penurunan nilai transaksi Merrill Lynch juga mirip-mirip dengan Deutsche Sekuritas. Transaksi saham tahun ini oleh sekuritas berkode broker ML itu hingga September 2019 hanya Rp 46,14 triliun atau berporsi 53,79% dari nilai perdagangan saham Rp 137,09 triliun di tahun lalu.
Pada rentang 2018-206, posisi perseroan pada daftar sekuritas dengan nilai transaksi terbesar ada pada urutan ke-14, ke-17, dan ke-15.
Selain itu, Nomura Sekuritas yang asal Jepang justru tidak terlihat lagi namanya dalam laporan 40 sekuritas dengan nilai transaksi tertinggi di industri pada data statistik bursa periode kuartal I-kuartal III/2019.
Terakhir, nilai transaksi perusahaan efek dengan kode broker FG itu tercatat sebesar Rp 15,8 triliun pada akhir Juni atau hanya berporsi 31,83% dari nilai transaksi sepanjang tahun 2018 yakni Rp 49,64 triliun.
Dengan demikian, dapat ditarik rerata transaksi saham dari masing-masing ketiga sekuritas itu sejak 2016 hingga 2019 yakni Deutsche Sekuritas tercatat Rp 115,44 triliun/tahun, Merrill Lynch Rp 76,15 triliun/tahun, dan Nomura Sekuritas Rp 39,21/tahun.
Jika ketiganya ditambahkan dan kemudian dijadikan pengurang bagi rerata nilai transaksi di seluruh bursa saham domestik Rp 1.853,09 triliun/tahun, maka akan didapati angka penurunan transaksi Rp 230,81 triliun/tahun atau artinya turun 12,46% menjadi Rp 1.622,2 triliun/tahun.
Untungnya, kabar baik menyusul baru-baru ini. Sumitomo Mitsui Financial Group asal Jepang diberitakan di beberapa media memiliki niat menambah bisnis operasionalnya di Indonesia dengan kegiatan perusahaan efek di pasar modal, kartu kredit, dan pembiayaan konsumen.
Sebelumnya, di Indonesia, Sumitomo sudah memiliki bank komersial dengan menggabungkan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia dengan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) hingga namanya menjadi PT Bank BTPN Tbk, yang baru diakuisisi 2013.
Rencana pelebaran bisnis itu seiring dengan rencana Sumitomo menciptakan 'konglomerasi keuangan' di negara ASEAN.
Mari berharap bahwa transaksi yang akan diciptakan sekuritas milik Sumitomo nantinya besar sehingga mampu menambal bolongnya nilai transaksi bursa sebesar yang ditinggalkan oleh tiga sekuritas asing yang hengkang.
Tidak hanya demi besaran nilai statistik dan pertumbuhan pasar modal tercinta, tetapi juga kinerja pendapatan bursa yang akan berpengaruh ke biaya yang dibebankan oleh OJK juga setiap tahunnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Cerita Merrill Lynch Lepas Kursi Anggota Bursa di BEI
