
Yang Heboh di 2019
Merrill Lynch, Nomura & Deutsche Hengkang dari Pasar Modal RI
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
31 December 2019 16:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak pemberitaan menarik sepanjang tahun 2019. CNBC Indonesia merangkum kembali pemberitaan menarik pada Juli 2019 terkait hengkangnya sekuritas asing, PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia (MLSI) dari pasar saham RI.
Merrill Lynch resmi menutup bisnis aktivitas perantara pedagang efek atau broker di Indonesia. Belakangan diketahui, selain MLSI, dua sekuritas asing lainnya, PT Deutsche Sekuritas Indonesia (asal Jerman) dan PT Nomura Sekuritas Indonesia (asal Jepang) juga menyatakan mundur.
Hengkangya tiga broker asing dari Bursa Efek Indonesia ditengarai karena pelbagai faktor. Selain kebijakan dari perusahaan induk di negara asal, faktor persaingan ketat dengan broker lokal juga jadi musababnya.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan BEI Laksono Widodo mengutarakan, mundurnya broker asing lebih disebabkan karena faktor kebijakan dari perusahaan induk. Namun, ada faktor lain seperti faktor transaksi dan penjualan yang memang berkurang dan membuat sekuritas tersebut harus keluar dari kursi anggota BEI.
"Panjang ceritanya, tapi utamanya kebijakan kantor pusat," kata Laksono Widodo, Senin (9/12/2019) saat dihubungi CNBC Indonesia.
Kata Laksono, fenomena broker menghentikan operasional di Indonesia disebabkan kompetisi dengan broker lokal yang semakin ketat, ini tidak hanya dialami di Indonesia saja melainkan di dunia. "Mereka harus memilih terus stay dengan andil kurang baik atau restrukturisasi," kata Laksono.
CNBC Indonesia mencatat, setelah tak lagi menjalankan bisnis broker, MLSI nantinya akan tetap menjalankan bisnis keuangan di Indonesia sebagai investment banking.
"Rencana tutup (bisnis brokerage) sudah lama, lebih dahulu dibandingkan Deutcsche (PT Deutsche Sekuritas Indonesia). Mereka (MLSI) tak lagi menjalankan bisnis brokerage otomatis status Anggota Bursa (AB) akan dicabut," kata sumber CNBC Indonesia, Selasa (16/07/2018).
Sumber tersebut menyebutkan, salah satu alasan broker dengan kode ML tersebut menutup bisnis brokernya adalah keuntungan yang semakin tipis dari bisnis tersebut. "Tapi tidak tutup sepenuhnya loh ya. Mereka masih menjalankan bisnis investment banking," tutur sumber tersebut.
Merrill Lynch Sekuritas Indonesia diketahui tidak melakukan transaksi perdagangan saham sejak 11 Juli 2019 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data perdagangan BEI mencatat, sekuritas ini terakhir kali bertransaksi saham pada Rabu, 10 Juli lalu.
Awal Juli 2019, sekuritas ini sebetulnya masih mencatatkan transaksi cukup ramai. Namun, mulai Senin 8 Juli, perusahaan hanya melakukan satu kali transaksi yakni 1 lot saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) atau 100 saham BMRI.
Hari berikutnya, Selasa 9 Juli, transaksi juga sekali dilakukan atas saham BMRI sebanyak 1 lot saham. Esoknya, Rabu 10 Juli terjadi transaksi juga di saham BMRI sebanyak 4 lot, terdiri dari 3 lot jual dan 1 lot beli.
Namun, pada Kamis 11 Juli hingga 16 Juli 2019 tidak ada transaksi yang dilakukan oleh perusahaan sekuritas yang juga dimiliki oleh pengusaha Indonesia, Hashim S Djojohadikusumo ini. Hashim di perusahaan ini menjabat sebagai Komisaris Utama.
Saham perusahaan sekuritas berkode broker ML ini dimiliki mayoritas oleh Merrill Lynch International Inc sebesar 80%, sementara PT Persada Kian Pastilestari sebesar 20%.
Persada, menurut pemberitaan AP News pada 9 Januari 1996 ketika mendapat lisensi atau izin dari otoritas pasar modal, dikendalikan oleh Hashim, saudara dari mantan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.
(roy/roy) Next Article Telat Kirim Lapkeu, 68 Emiten "Dihukum" BEI
Merrill Lynch resmi menutup bisnis aktivitas perantara pedagang efek atau broker di Indonesia. Belakangan diketahui, selain MLSI, dua sekuritas asing lainnya, PT Deutsche Sekuritas Indonesia (asal Jerman) dan PT Nomura Sekuritas Indonesia (asal Jepang) juga menyatakan mundur.
Hengkangya tiga broker asing dari Bursa Efek Indonesia ditengarai karena pelbagai faktor. Selain kebijakan dari perusahaan induk di negara asal, faktor persaingan ketat dengan broker lokal juga jadi musababnya.
"Panjang ceritanya, tapi utamanya kebijakan kantor pusat," kata Laksono Widodo, Senin (9/12/2019) saat dihubungi CNBC Indonesia.
Kata Laksono, fenomena broker menghentikan operasional di Indonesia disebabkan kompetisi dengan broker lokal yang semakin ketat, ini tidak hanya dialami di Indonesia saja melainkan di dunia. "Mereka harus memilih terus stay dengan andil kurang baik atau restrukturisasi," kata Laksono.
CNBC Indonesia mencatat, setelah tak lagi menjalankan bisnis broker, MLSI nantinya akan tetap menjalankan bisnis keuangan di Indonesia sebagai investment banking.
"Rencana tutup (bisnis brokerage) sudah lama, lebih dahulu dibandingkan Deutcsche (PT Deutsche Sekuritas Indonesia). Mereka (MLSI) tak lagi menjalankan bisnis brokerage otomatis status Anggota Bursa (AB) akan dicabut," kata sumber CNBC Indonesia, Selasa (16/07/2018).
Sumber tersebut menyebutkan, salah satu alasan broker dengan kode ML tersebut menutup bisnis brokernya adalah keuntungan yang semakin tipis dari bisnis tersebut. "Tapi tidak tutup sepenuhnya loh ya. Mereka masih menjalankan bisnis investment banking," tutur sumber tersebut.
Merrill Lynch Sekuritas Indonesia diketahui tidak melakukan transaksi perdagangan saham sejak 11 Juli 2019 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data perdagangan BEI mencatat, sekuritas ini terakhir kali bertransaksi saham pada Rabu, 10 Juli lalu.
Awal Juli 2019, sekuritas ini sebetulnya masih mencatatkan transaksi cukup ramai. Namun, mulai Senin 8 Juli, perusahaan hanya melakukan satu kali transaksi yakni 1 lot saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) atau 100 saham BMRI.
Hari berikutnya, Selasa 9 Juli, transaksi juga sekali dilakukan atas saham BMRI sebanyak 1 lot saham. Esoknya, Rabu 10 Juli terjadi transaksi juga di saham BMRI sebanyak 4 lot, terdiri dari 3 lot jual dan 1 lot beli.
Namun, pada Kamis 11 Juli hingga 16 Juli 2019 tidak ada transaksi yang dilakukan oleh perusahaan sekuritas yang juga dimiliki oleh pengusaha Indonesia, Hashim S Djojohadikusumo ini. Hashim di perusahaan ini menjabat sebagai Komisaris Utama.
Saham perusahaan sekuritas berkode broker ML ini dimiliki mayoritas oleh Merrill Lynch International Inc sebesar 80%, sementara PT Persada Kian Pastilestari sebesar 20%.
Persada, menurut pemberitaan AP News pada 9 Januari 1996 ketika mendapat lisensi atau izin dari otoritas pasar modal, dikendalikan oleh Hashim, saudara dari mantan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.
(roy/roy) Next Article Telat Kirim Lapkeu, 68 Emiten "Dihukum" BEI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular