Fitch Sebut Sektor Ritel RI Kesusahan, Begini Faktanya

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 December 2019 13:10
Kondisi ini terutama dialami oleh peritel hypermarket dan supermarket.
Foto: Pengunjung berbelanja di Supermarket Giant Poins Square Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (13/9/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tren penurunan permintaan domestik meningkatkan kekhawatiran atas prospek emiten ritel ke depannya, tidak terkecuali perusahaan ritel bahan makanan.

Lesunya permintaan domestik tercermin pada performa peritel yang menahan ekspansi dan lebih memilih melakukan efisiensi, baik dari sisi jumlah karyawan maupun jumlah gerai. Kondisi ini terutama dialami oleh peritel hypermarket dan supermarket.

Melansir laporan keuangan perusahaan per akhir September 2019, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) mencatatkan pengurangan karyawan paling besar dalam 9 bulan pertama tahun ini mencapai 2.880 orang. Per akhir September 2019 total karyawan sejumlah 10.854 orang dari sebelumnya 13.734 orang di akhir 2018.

Kemudian perusahaan yang menaungi Hypermart dan Foodmart, yakni MPPA juga mencatatkan penurunan jumlah karyawan hingga 234 orang, dari 9.297 karyawan menjadi hanya 9.063 karyawan. Selain itu, jumlah gerai perusahaan juga turun dari 230 menjadi hanya 218 gerai.

Tidak hanya itu, performa fundamental keuangan perusahaan juga kurang memuaskan.

Pada Januari - September 2019, total pendapatan HERO membukukan koreksi 3,69% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 9,49 triliun dari sebelumnya Rp 9,85 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Parahnya, perusahaan gagal mengantongi laba dan terpaksa merugi Rp 6,68 miliar, padahal per September tahun lalu mencatatkan keuntungan Rp 86,18 miliar.

MPPA juga menorehkan kinerja yang mengecewakan, di mana total pendapatan perusahaan anjlok 19,85% YoY menjadi Rp 6,64 triliun. Namun kerugian yang dicatatkan perusahaan turun 20,86% YoY dari Rp 335,85 miliar menjadi hanya Rp 265,79 miliar.

Di lain pihak, kondisi bertolak belakang dicatatkan oleh PT Sumber Alfaria Trjaya (AMRT), PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) dan PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI).

Ketiga emiten ritel tersebut mampu membukukan pertumbuhan laba bersih fantastis, melesat lebih dari 50%. Laba bersih DNET meroket dua kali lipat mencapai 112,56% YoY, laba AMRT melesat 94% YoY, dan MIDI naik 74,18% YoY. Emiten-emiten tersebut juga masih melakukan ekspansi karena mencatatkan pertumbuhan outlet.



Lebih lanjut, dalam riset terbarunya kemarin (3/12/2019), Fitch Ratings (Fitch), menyampaikan bahwa AMRT dan DNET selaku pengelola Alfamart dan Indomaret akan mampu mencatatkan pertumbuhan pemasukan yang stabil di tahun 2020. Sedangkan HERO dan MPPA masih akan sulit memulihkan keuntungan tahun depan.

Pertumbuhan pendapatan AMRT dan DNET ditopang oleh peningkatan jumlah pelanggan yang lebih memilih untuk mengunjungi mini market, di mana Alfamart diperkirakan mencatatkan pertumbuhan pendapatan single digit di akhir tahun dan Indomaret tumbuh mid-single-digit.

Kemudian, Fitch menganalisa, kinerja keuangan HERO dan MPPA akan kembali tertekan karena perusahaan masih akan fokus dalam perampingan jumlah outlet dan memperbaiki efisiensi operasionalnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Emiten Ritel Masih Oke, Tapi Hati-Hati Inflasi Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular