Internasional

Waspada, Serangan Perang Dagang Baru Trump!

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
03 December 2019 07:24
Waspada, Serangan Perang Dagang Baru Trump!
Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan tarif Presiden AS Donald Trump tidak hanya menyerang China. Trump kini mengobarkan perang dagang ke sejumlah negara.

Dalam sehari, Senin (2/12/2019), Trump bahkan mengobarkan perang dagang kepada dua kawasan sekaligus, yakni Amerika Latin dan Eropa.


Melalui akun twitternya, Presiden Trump mengatakan akan menerapkan lagi bea masuk importasi baja dan aluminium dari Brasil dan Argentina.

Kedua negara dituduh sengaja mendevaluasi mata uang mereka, yang menyebabkan petani di AS kehilangan daya saing.

"Brasil dan Argentina telah melakukan devaluasi besar-besaran terhadap mata uang mereka, dan hal itu tidak bagus untuk petani kita. Oleh karena itu, efektif secepatnya, saya akan menerapkan lagi bea masuk semua baja dan aluminum yang masuk ke AS dari dua negara tersebut" kata Trump melalui akun Twitternya, sebagaimana ditulis CNBC International.

Bukan hanya itu, malam di hari yang sama Trump juga mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% atas barang-barang Prancis senilai US$ 2,4 miliar. Produk pertanian Prancis, seperti Anggur dan keju, masuk dalam daftar barang yang ditargetkan.


Ini adalah serangan balasan AS atas pajak layanan digital yang dikatakan Trump diskriminatif. Sebelumnya Perwakilan Dagang AS menemukan fakta bahwa Prancis memberi pajak yang tinggi pada perusahaan teknologi asal AS seperti Google, Apple Facebook dan Amazon.

Pejabat perwakilan dagang AS USTR, Robert Lighthizer juga akan melakukan hal yang sama pada Austria, Italia dan Turki. Kini penyidikan sedang dilakukan AS pada ketiga negara itu.

"Langkah Trump menguncang pasar," tulis AFP mengutip seorang analis dari Meeschaert Financial Services, Gregory Volokhine. Pasalnya kebijakan tarif akan mengancam pergerakan mata uang.

""Bisa kalian bayangkan (apa yang akan terjadi) kalau AS melakukan hal yang sama ke Eropa."

Sebelumnya, akibat serangan perang dagang baru Trump ini, Wall Street ditutup melemah pada penutupan perdagangan kemarin. Dow Jones turun 1% ke 27.783,79. Sementara S&P 500 merosot 0,9% ke 3.113,90 sedangkan Nasdaq turun 1,1% ke 8.567,99.

[Gambas:Video CNBC]



Sementara itu, China akhirnya resmi menjatuhkan sanksi ke Amerika Serikat (AS) karena ikut campur soal Hong Kong.

Sanksi ini diberikan mulai Senin (2/12/2019). China membatalkan kunjungan kapal perang AS dan memberi sanksi pada lembaga swadaya masyarakat (LSM/NGO) asal negeri Paman Sam itu.

"Sebagai respon dari kelakuan yang tidak berdasar dari AS, pemerintah China telah memutuskan tidak memberi izin pada kapal perang AS untuk mendarat di Hong Kong," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hau Chunying sebagaimana dikutip dari AFP.

Selain itu, Hua juga mengatakan akan menjatuhkan sanksi pada LSM asal AS. Terutama bagi yang secara aktif mendukung para pendemo.

Unjuk rasa massa pro demokrasi membuat kondisi kawasan itu tak stabil. LSM tersebut di antaranya National Endowment for Democracy, Human Rights Watch dan Freedom House.

"Kami menemukan banyak fakta dan bukti jelas bahwa LSM itu mendukung pergerakan anti-China ... dan mendukung aktivitas separatis untuk kemerdekaan Hong Kong," kata Hua lagi.

Sebelumnya, Trump menandatangani UU HAM dan demokrasi Hong Kong pada 27 November waktu setempat. "Saya menandatangani UU ini untuk menghormati Presiden China Xi dan orang-orang Hong Kong," kata Trump dalam sebuah pernyataan dikutip dari CNBC International.

"Ini disah-kan dengan harapan bahwa para pemimpin dan perwakilan China dan Hong Kong akan dapat menyelesaikan perbedaan mereka secara damai, yang mengarah pada perdamaian jangka panjang dan kemakmuran bagi semua."

UU ini akan mengharuskan perwakilan AS untuk melakukan tinjauan tahunan terhadap otonomi Hong Kong. Tinjauan ini akan menjadi syarat bagi kawasan itu jika ingin melakukan aktivitas perdagangan dengan AS.

Serangan balik China ini dianggap beberapa analis sebagai balasan simbolis. Sebagian analis percaya sanksi ini sangat berpotensi menganggu jalannya pembicaraan damai dagang kedua negara yang dimulai sejak Oktober lalu.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular