Ciputra di Mata Dahlan: Pemberi Doktrin Entrepreneurship

Monica Wareza, CNBC Indonesia
30 November 2019 11:59
Ciputra tutup usia pekan ini, tepatnya pada Rabu 27 November 2019
Foto: Melihat Persemayaman Konglomerat Properti Ciputra/CNBC Indonesia/Muhammad Sabqi
Jakarta, CNBC Indonesia - Ciputra tutup usia pekan ini, tepatnya pada Rabu 27 November 2019 di Singapura saat usianya 88 tahun. Banyak orang menyampaikan duka dan merasa kehilangan tokoh pembangunan nasional ini.


Salah satu yang turut merasa kehilangan adalah Dahlan Iskan. Baginya, sosok Pak Ci adalah guru buatnya.

Dalam satu tulisan yang disampaikan Dahlan dalam website resminya disway.id, dia menyebut Pak Ci sebagai sosok entrepreneur yang menegakkan etika. Lantaran jiwa seni yang dimiliki oleh pendiri grup Ciputra ini.

"Tidak ada lagi orang seperti Ciputra. Yang meninggal dunia di Singapura 27 November lalu. Di usia beliau yang 88 tahun. Dan tidak akan ada lagi," kata Dahlan dalam tulisannya.

Ciputra di Mata Dahlan: Pemberi Doktrin EntrepreneurshipFoto: Melihat Persemayaman Konglomerat Properti Ciputra/CNBC Indonesia/Muhammad Sabqi


Dia mengagumi sosok Ciputra yang bekerja keras untuk memajukan perusahaan daerah milik Pemda DKI Jakarta, diutus langsung oleh Gubernur Jakarta Soemarno.

Ada empat orang yang waktu itu menyetorkan modal untuk perusahaan ini, yakni asyim Ning, Agus Musin Dasaat, Sucipto (Asuransi Bumiputera), dan Yusuf Muda Dalam (Gubernur BI saat itu).

Kala itu belum ada orang-orang kaya seperti Lim Sioe Liong, Mochtar Riady, Bambang Hartono, apalagi Dato Tahir.

"Di tangan Ciputra perusahaan daerah itu maju pesat. Lebih maju lagi di zaman Gubernur Ali Sadikin. Yang gila membangun itu," lanjut dia.

Kemudian, Ciputra membangun rongsokan bernama Taman Impian Jaya Ancol. Padahal kawasan ini melegenda sebagai pantai comberan, sarang nyamuk, gelandangan, jin buang anak tapi di tangan Pak Ci bisa berubah menjadi taman rekreasi impian.

"Banyak lagi, puluhan karya Ciputra yang seperti itu."

Di BUMD tersebut Ciputra melahirkan banyak penerus dan membuat dia menjadi 'kurang pekerjaan'.

"Ia memilih menjadi bukan siapa-siapa lagi - -secara struktur. Tapi Ciputra masih seperti memiliki veto. 'Kata Pak Ci' sudah seperti keputusan RUPS," katanya.

Dari 'kurang pekerjaan' ini bersama dengan empat kawannya Pak Ci membangun Metropolitan Development dan sukses pula menjadi grup perusahaan papan atas di Indonesia. Di grup ini rasa Pembangunan Jaya 50%. Rasa Ciputra pribadi 50 persen.

Setelah keempat anaknya dewasa, Ciputra merasa harus membangun perusahaan yang 100% milik keluarga, yang membuatnya tak harus bertanggungjawab kepada negara dan partnernya. Hanya kepada dirinya sendiri.

"Di sinilah Ciputra bebas mengangkat anaknya sendiri, menantunya, cucunya dan siapa pun menjadi eksekutif perusahaan," kata Dahlan.

Ketiga perusahaan yang dibangunnya hanya menghasilkan satu kata: Sukses!

"Sama-sama sukses, mana yang lebih puas: memimpin Pembangunan Jaya, Metropolitan atau Ciputra Group? Itu pernah saya tanyakan kepada beliau. Saya memang beberapa kali berbincang dengan beliau. Sejak saya masih muda dulu. Berguru pada beliau. Jawab Pak Ciputra: Yang paling memuaskan adalah mengembangkan perusahaan keluarga! Mengabdi ke negara sudah. Mengabdi ke sesama teman sudah. Terakhir mengabdi untuk kejayaan keluarga," tulisnya.

Pengabdiannya yang terakhir adalah kepada masyarakat. Pak Ci berusaha untuk memasyarakatkan entrepreneurship ke masyarakat. Hingga muncul Bupatipreneur, Menteripreneur, Sekolahpreneur, Gurupreneur.

"Bisnis beliau memang sangat besar. Tapi tidak bisa dibilang rakus. Karena itu beliau tidak bisa menjadi yang terbesar. Beliau memang bukan konglomerat terbesar di Republik ini. Tapi beliau punya nama besar dengan reputasi besar," lanjutnya.

Kemudian, Pak Ci juga sukses membiayai klub Jaya Raya. Pernah juga membiayai klub sepakbola, tapi tutup karena ada kasus suap menyuap yang melukai hatinya.

"Di bidang seni warisan terakhir beliau adalah Artpreneur. Di Kuningan Jakarta itu. Ratusan miliar rupiah dihabiskan Ciputra untuk membangun museum pelukis Hendra. Juga untuk membangun gedung opera terbaik Indonesia! Mungkin karena jiwa seninya yang total itu bisnis Ciputra tergolong bisnis yang menegakkan etika."

"Alenia terakhir ini mungkin juga ingin diucapkan Ciputra sendiri pada generasi penerusnya. Anak cucunya. Termasuk saya," tutupnya.



[Gambas:Video CNBC]


(dru) Next Article Sinergi dengan BNI, Ciputra Tebar Proyek di Banyak Kota

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular