
Risiko Global Masih Tinggi, OJK: Asing Masih Borong SBN

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan Indonesia masih dihantui perlambatan ekonomi dalam negeri. Hal ini disebabkan karena oleh perang dagang AS-China (trade war) dan tarik ulur keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit yang masih menjadi sentimen utama yang mempengaruhi pasar keuangan global.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo menyebutkan selain dari dua sentimen global tersebut, kebijakan dovish (kalem) dari beberapa bank sentral negara maju berpengaruh positif terhadap likuiditas global, terutama emerging markets, termasuk Indonesia.
"Stabilitas sektor jasa keuangan akhir Nopember dalam kondisi terjaga dengan intermediasi sektor jasa keuangan tetap tumbuh positif. Profil risiko industri jasa keuangan juga terpantau terkendali di tengah pelambatan ekonomi global," kata Slamet di Kantor OJK, Jakarta, Jumat (29/11/2019).
Masih tingginya risiko perekonomian global ini membuat Surat Berharga Negara (SBN) masih menjadi pilihan investor untuk menyimpan dananya. Sepanjang Oktober lalu saja, aliran dana asing masuk (capital inflow) tercatat sebesar Rp 29,1 triliun.
Dengan demikian, sejak awal tahun hingga 22 November 2019 tercatat capital inflow di pasar SBN mencapai Rp 175,6 triliun seiring dengan penurunan yield atau imbal hasil sebesar 98,5 bps (basis poin).
Hal berbeda terjadi di pasar saham Indonesia. Dalam satu bulan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai 22 November naik 1% ke 6.228,3. Penguatan ini ditopang oleh aksi beli yang dilakukan investor domestik, mengingat investor asing tercatat membukukan net sell sebesar Rp 3,8 triliun.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.066,2 triliun SBN, atau 38,89% dari total beredar Rp 2.741 triliun berdasarkan data per 20 November.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 172,95 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Sejak akhir pekan sebelumnya (11-15 November), investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 2,56 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 7,73 triliun.
(tas/tas) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?
