Tekanan Cukup Berat, Harga Emas Tidak Kuat Menanjak

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 November 2019 20:50
Ekonomi AS dan Proyeksi Suku Bunga The Fed Tekan Emas
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Tekanan berat bagi emas datang dari kondisi ekonomi AS yang membaik. Sejak pekan lalu data ekonomi Paman Sam dirilis cukup menarik. 

Pada Kamis (21/11/19 indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 di bulan ini, jauh lebih tinggi dari bulan Oktober lalu sebesar 5,6. Sehari setelahnya Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur AS naik menjadi 52,2 di bulan ini, tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. 

Kemudian Rabu kemarin, pembacaan kedua produk domestik bruto (PDB) AS dirilis sebesar 2,1% lebih tinggi dari pembacaan awal 1,9%.

Data lain menunjukkan pesanan barang tahan lama tumbuh 0,6% di bulan Oktober secara bulanan atau month-on-month (MoM). Di bulan sebelumnya, data ini turun 1,2%. Sementara pesanan barang tahan lama inti, yang tidak memasukkan sektor transportasi dalam perhitungan, juga tumbuh 0,6% MoM, dari bulan sebelumnya yang turun 0,4%.


Meski ada beberapa data yang kurang bagus, seperti inflasi (dilihat dari personal capital expenditure/PCE) yang pertumbuhannya masih rendah, tetapi serangkaian data tersebut cukup memperkuat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang lebih optimis terhadap kondisi ekonomi AS saat ini dibandingkan beberapa pekan lalu.

Bank sentral terkuat di dunia ini juga berencana untuk tidak lagi menurunkan suku bunga, kecuali jika perekonomian AS memburuk. Sepanjang tahun ini, The Fed sudah tiga kali menurunkan suku bunga, yang menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga emas hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun di US$ 1.557/troy ons September lalu.

Jika The Fed tidak lagi menurunkan suku bunga, maka satu pijakan emas untuk menguat kembali menjadi hilang, dan justru berisiko semakin tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular