
Sempat Jatuh 2%, Harga CPO Bakal Naik Hingga 3 Bulan ke Depan
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
27 November 2019 06:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) diperkirakan akan naik tajam dalam tiga bulan ke depan. Peningkatan konsumsi CPO India dan rencana Indonesia dan Malaysia, produsen terbesar yang akan terus meningkatkan kandungan biodiesel menjadi pemicu kenaikan harga CPO.
"Juga, kerusakan tanaman biji minyak akibat hujan lebat di seluruh negeri telah mendorong harga minyak nabati NSE turun 2,63% dalam beberapa minggu terakhir," kata BV Mehta, direktur eksekutif Asosiasi Pelarut Extractors 'Association of India (SEA).
"Selain itu, China telah membeli sejumlah besar minyak kelapa sawit menjelang Tahun Baru Cina. Ini juga telah menguatkan harga. "
Harga CPO dalam 45 hari terakhir sudah mencatatkan reli panjang.
Namun pada perdagangan kemarin, harga CPO mengalami koreksi pada perdagangan hari ini, Selasa (26/11/2019). Koreksi yang terjadi dipicu oleh lebih murahnya harga minyak nabati lainnya.
Harga CPO menyentuh level RM 2.668/ton atau ambles 2,37% dibanding harga penutupan perdagangan kemarin.
Harga CPO terkoreksi mengikuti harga komoditas minyak nabati lainnya di bursa Dalian. Minyak sawit kontrak Dalian pengiriman Januari 2020 mengalami koreksi yang tajam hingga 3,98%. Sementara itu harga minyak kedelai Dalian juga mengalami koreksi tajam 2,79%.
"Harga kontrak futures minyak sawit Dalian anjlok karena impor minyak sawit China pada Oktober lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Impor dalam jumlah yang besar diperkirakan masih akan terjadi di bulan November dan Desember" terang Anilkumar, kepala riset Suvin Group seperti yang diberitakan Reuters.
Harga minyak nabati di bursa Dalian Commodities Exchange yang anjlok lebih dalam membuat harganya menjadi lebih murah dan berpotensi lebih diminati.
Namun harga CPO masih berada rentang harga tertingginya tahun ini. Harga CPO melesat tajam setelah muncul kekhawatiran akan terjadi penurunan output di Indonesia dan Malaysia di tengah permintaan CPO yang tinggi.
Output minyak sawit Indonesia dan Malaysia diperkirakan turun di tahun 2020 akibat kekeringan yang melanda kawasan Asia Tenggara menyebabkan penurunan produktivitas.
Padahal permintaan CPO domestik di kedua negara diprediksi naik karena adanya program mandat biodiesel B20 di Malaysia dan B30 di Indonesia.
Selain sentimen di atas, kinerja ekspor minyak sawit Malaysia yang turun juga ikut memberatkan pergerakan harga CPO.
Penurunan ekspor produk minyak sawit Malaysia dipicu oleh turunnya ekspor beberapa jenis produk seperti RBD palm oil, Crude Palm Kernel Oil dan Palm Fatty Acid Distillate.
Ekspor produk minyak sawit Malaysia ke Eropa dan India pada periode 1-25 November turun masing-masing 25% dan 14%.
Sementara itu ekspor produk minyak sawit ke China justru naik 35,9%. Namun secara keseluruhan ekspor turun 2,1%. Hal ini menjadi sentimen pemberat harga CPO yang sudah naik tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Sempat Naik, Harga CPO Mulai Stagnan karena Eropa Lockdown
"Juga, kerusakan tanaman biji minyak akibat hujan lebat di seluruh negeri telah mendorong harga minyak nabati NSE turun 2,63% dalam beberapa minggu terakhir," kata BV Mehta, direktur eksekutif Asosiasi Pelarut Extractors 'Association of India (SEA).
"Selain itu, China telah membeli sejumlah besar minyak kelapa sawit menjelang Tahun Baru Cina. Ini juga telah menguatkan harga. "
Namun pada perdagangan kemarin, harga CPO mengalami koreksi pada perdagangan hari ini, Selasa (26/11/2019). Koreksi yang terjadi dipicu oleh lebih murahnya harga minyak nabati lainnya.
Harga CPO menyentuh level RM 2.668/ton atau ambles 2,37% dibanding harga penutupan perdagangan kemarin.
Harga CPO terkoreksi mengikuti harga komoditas minyak nabati lainnya di bursa Dalian. Minyak sawit kontrak Dalian pengiriman Januari 2020 mengalami koreksi yang tajam hingga 3,98%. Sementara itu harga minyak kedelai Dalian juga mengalami koreksi tajam 2,79%.
"Harga kontrak futures minyak sawit Dalian anjlok karena impor minyak sawit China pada Oktober lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Impor dalam jumlah yang besar diperkirakan masih akan terjadi di bulan November dan Desember" terang Anilkumar, kepala riset Suvin Group seperti yang diberitakan Reuters.
Harga minyak nabati di bursa Dalian Commodities Exchange yang anjlok lebih dalam membuat harganya menjadi lebih murah dan berpotensi lebih diminati.
Namun harga CPO masih berada rentang harga tertingginya tahun ini. Harga CPO melesat tajam setelah muncul kekhawatiran akan terjadi penurunan output di Indonesia dan Malaysia di tengah permintaan CPO yang tinggi.
Output minyak sawit Indonesia dan Malaysia diperkirakan turun di tahun 2020 akibat kekeringan yang melanda kawasan Asia Tenggara menyebabkan penurunan produktivitas.
Padahal permintaan CPO domestik di kedua negara diprediksi naik karena adanya program mandat biodiesel B20 di Malaysia dan B30 di Indonesia.
Selain sentimen di atas, kinerja ekspor minyak sawit Malaysia yang turun juga ikut memberatkan pergerakan harga CPO.
Harga CPO Naik, Bagaimana Nasib Saham Agribisnis?
[Gambas:Video CNBC]
Penurunan ekspor produk minyak sawit Malaysia dipicu oleh turunnya ekspor beberapa jenis produk seperti RBD palm oil, Crude Palm Kernel Oil dan Palm Fatty Acid Distillate.
Ekspor produk minyak sawit Malaysia ke Eropa dan India pada periode 1-25 November turun masing-masing 25% dan 14%.
Sementara itu ekspor produk minyak sawit ke China justru naik 35,9%. Namun secara keseluruhan ekspor turun 2,1%. Hal ini menjadi sentimen pemberat harga CPO yang sudah naik tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Sempat Naik, Harga CPO Mulai Stagnan karena Eropa Lockdown
Most Popular