Tragis IHSG, Merah Membara Saat Bursa Asia Bergerak Positif

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
25 November 2019 12:46
Waspada Intervensi Hong Kong & Potensi Penguatan Dolar AS
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Akan tetapi, tidak seperti bursa saham Asia, investor di bursa saham Ibu Pertiwi mengambil sikap waspada karena dalam pernyataannya Trump pada wawancara dengan Fox News, dirinya juga mengatakan AS tidak akan menutup mata atas Hong Kong.

"Begini, kita harus bersama dengan Hong Kong tetapi saya juga bersama Presiden Xi. Saya mendukung Hong Kong, saya mendukung kebebasan, tetapi saya juga ingin mendukung hal yang sedang kita perjuangkan (kesepakatan dagang),” tegas Trump.

O’Brien juga mengatakan Washington tidak dapat menutup mata dari perilaku Negeri Tiongkok yang dinilai mengkhawatirkan.

“..kami juga tidak bisa menutup mata atas apa yang terjadi di Hong Kong atau Laut China Selatan atau wilayah lainnya di mana aktivitas China dinilai mengkhawatirkan," papar O'Brien.

Padahal China sebelumnya telah dengan tegas mengecam campur tangan Washington atas urusan dalam negeri antara China dengan Hong Kong.

Salah satu Penasihat Luar Negeri China, Wang Yi, dalam pertemuan menteri luar negeri G20 di Jepang mengatakan AS telah menggunakan hukumnya untuk “secara kasar mencampuri” urusan dalam negeri China, dan berusaha merusak kebijakan “satu negara, dua sistem” yang berlaku di Hong Kong, dikutip dari Reuters.

Seperti diketahui, Kongres AS sudah menyetujui aturan soal penegakan hak asasi manusia di Hong Kong dan tinggal menunggu persetujuan dari Trump untuk segera berlaku efektif.

"Memang ada pernyataan bahwa ada perkembangan positif AS-China akan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Namun ada risiko, seperti dinamika di Hong Kong. Harapan memang belum sirna, tetapi kita harus mencermati bagaimana perkembangannya," kata Shusuke Yamada, Head of FX and Japan Equity Strategy di Merrill Lynch Japan Securities yang berbasis di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters.

Oleh karena itu, wajar saja investor belum berani bermain ofensif. Aset-aset berisiko di negara berkembang Asia belum menjadi pilihan utama di tengah tingginya ketidakpastian.

Terlebih lagi, rilis data ekonomi terbaru AS yang mengalahkan ekspektasi membuat pelaku pasar melipir menggelontorkan dana investasi di aset berbasis dolar AS.

Akhir pekan lalu, IHS Markit merilis angka pembacaan awal Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode November yang sebesar 52,2. Naik dibandingkan Oktober yaitu 51,3.

Kemudian, pembacaan awal PMI sektor jasa periode November menunjukkan angka 51,6. Juga naik dibandingkan Oktober yang sebesar 50,6.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha cenderung ekspansif.

Data-data ini semakin meyakinkan pasar bahwa The Fed bakal menghentikan siklus penurunan suku bunga acuan untuk sementara waktu. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate bertahan di 1,5-1,75% pada pertemuan The Fed 11 Desember mencapai 93,4%.

TIM RISET CNBC INDOENSIA (dwa/dwa)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular