
Catat! Inilah Sederet Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
24 November 2019 21:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja pasar keuangan Indonesia sepanjang pekan lalu terbilang mengecewakan. Pasalnya, baik Indeks Harga Saham Gabungan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sama-sama mencatatkan pelemahan.
Pada penutupan perdagangan Jumat (22/11/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.100,24 indeks poin. Dalam sepekan, rupiah melemah 0,46%. Sedangkan, total sepanjang pekan ini rupiah mencatat pelemahan 0,09% saja, mengakhiri perdagangan Jumat kemarin di level Rp 14.080/US$.
Lalu tidak berbeda jauh dengan IHSG dan rupiah, pasar obligasi juga bernasib serupa. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik 2,8 basis poin (bps) menjadi 7.074%. Penguatan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena rendahnya permintaan.
Lebih lanjut, pada pekan depan, pelaku pasar perlu mencermati beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar keuangan Indonesia. Berikut ini peristiwa yang perlu diantisipasi sepanjang pekan depan menurut Tim Riset CNBC Indonesia.
Pertama, rilis data ekonomi domestik, di antaranya pertumbuhan kredit dan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) sepanjang bulan Oktober yang masing-masing akan diumumkan pada 28 dan 29 November 2019.
Laju pertumbuhan kredit patut dicermati karena secara tidak langsung mencerminkan tingkat konsumsi masyarakat dan ekspansi dunia usaha. Apabila kredit tumbuh lebih lambat dari bulan sebelumnya, tentu akan meresahkan pelaku pasar karena konsumsi masyarakat masih tertekan dan pelaku industri juga menahan perluasan bisnis.
Penurunan jumlah M2 juga mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat, dan dapat berujung pada laju inflasi yang melambat. Sebaliknya, bila jumlah uang beredar bertambah di masyarakat, maka tingkat harga barang dan jasa akan meningkat yang akhirnya mendongkrak inflasi.
Sentimen kedua, terkait informasi seputar perombakan jajaran direksi dan komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurus hajat hidup orang banyak. Pasalnya, jika ternyata jajaran direksi atau komisaris terpilih tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, tidak menutup kemungkinan investor melego saham-saham perusahaan BUMN.
Pekan ini, Menteri BUMN Erick Thohir telah mengumumkan nama-nama baru yang mengisi posisi pimpinan perusahaan pelat merah, seperti Chandra Hamzah sebagai komisaris utama (komut) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan Pahala N Mansury sebagai Direktur Utama BBTN.
Lalu ada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang ditunjuk sebagai komut PT Pertamina dan Emma Sri Martini sebagai direktur keuangan Pertamina menggantikan Pahala.
Pada pekan depan, besar kemungkinan Kementerian BUMN akan menyampaikan siapa sosok pucuk pimpinan PT Inalum (Persero) dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar Senin (25/11/2019).
"Inalum kayaknya ya, Senin sih mungkin. Supaya dirutnya ada," kata Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jakarta Pusat, Jumat (22/11/2019).
Kemudian, sentimen ketiga dan keempat datang dari sisi eksternal
Sentimen ketiga masih seputar perkembangan hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Wall Street Journal melaporkan dalam pembicaraan via sambungan telepon pada pekan lalu, Wakil Perdana Menteri China Liu He mengundang Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer ke Beijing guna membicarakan kesepakatan dagang tahap satu lebih lanjut.
Hingga kini, memang belum jelas apakah kedua negosiator dari AS tersebut telah menerima undangan dari Liu atau belum. Namun, Wall Street Journal melaporkan bahwa pejabat pemerintahan AS memiliki keinginan untuk bertemu dengan delegasi dari Beijing. Diskusi lanjutan tersebut diharapkan dapat berlangsung sebelum liburan Thanksgiving, Kamis (28/11/2019).
Akan tetapi, ada kekhawatiran bahwa tercapainya damai dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar tersebut terhambat oleh campur tangan politik AS terkait isu keresahan di Hong Kong.
Salah satu Penasihat Luar Negeri China, Wang Yi, dalam pertemuan menteri luar negeri G20 di Jepang mengatakan AS telah menggunakan hukumnya untuk “secara kasar mencampuri” urusan dalam negeri China, dan berusaha merusak kebijakan “satu negara, dua sistem” yang berlaku di Hong Kong. Demikian seperti dikutip dari Reuters.
Terakhir, sentimen keempat adalah rilis data-data ekonomi penting dari negara-negara dengan ekonomi raksasa. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Indeks iklim bisnis Jerman bulan November pada Senin (25/11/2019) pukul 16:00 WIB
2. Laju inflasi Jepang bulan November pada Selasa (26/11/2019) pukul 12:00 WIB
3. Indeks keyakinan konsumen AS bulan November pada Selasa (26/11/2019) pukul 22:00 WIB
4. Indeks manufaktur AS bulan November versi The Fed Richmond pada Selasa (26/11/2019) pukul 22:00 WIB
5. Jumlah pesanan barang tahan lama Jerman bulan November pada Rabu (27/11/2019)pukul 20:30 WIB
6. Pembacaan awal laju pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2019 pada Rabu (27/11/2019) pukul 20:30 WIB
7. Angka PMI AS bulan November versi ISM pada Rabu (27/11/2019) pukul 21:45 WIB
8. Laju pertumbuhan pendapatan dan pengeluaran individu di AS bulan Oktober pada Rabu (27/11/2019) pukul 22:00 WIB
9. Penjualan ritel Jepang bulan November pada Kamis (28/11/2019) pukul 06:50 WIB
10. Tingkat pengangguran Jepang bulan Oktober pada Jumat (29/11/2019) pukul 06:30 WIB
11. Indeks keyakinan kosumen Jepang bulan November pada Jumat (29/11/2019) pukul 12:00 WIB
12. Penjulan ritel Jerman bulan Oktober pada Jumat (29/11/2019) pukul 14:00 WIB
13. Tingkat pengangguran Uni Eropa bulan Oktober pada Jumat (29/11/2019) pukul 17:00 WIB
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Jangan Lewatkan! Sentimen Pasar Pekan Depan, Apa Saja?
Pada penutupan perdagangan Jumat (22/11/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.100,24 indeks poin. Dalam sepekan, rupiah melemah 0,46%. Sedangkan, total sepanjang pekan ini rupiah mencatat pelemahan 0,09% saja, mengakhiri perdagangan Jumat kemarin di level Rp 14.080/US$.
Lalu tidak berbeda jauh dengan IHSG dan rupiah, pasar obligasi juga bernasib serupa. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik 2,8 basis poin (bps) menjadi 7.074%. Penguatan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena rendahnya permintaan.
Pertama, rilis data ekonomi domestik, di antaranya pertumbuhan kredit dan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) sepanjang bulan Oktober yang masing-masing akan diumumkan pada 28 dan 29 November 2019.
Laju pertumbuhan kredit patut dicermati karena secara tidak langsung mencerminkan tingkat konsumsi masyarakat dan ekspansi dunia usaha. Apabila kredit tumbuh lebih lambat dari bulan sebelumnya, tentu akan meresahkan pelaku pasar karena konsumsi masyarakat masih tertekan dan pelaku industri juga menahan perluasan bisnis.
Penurunan jumlah M2 juga mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat, dan dapat berujung pada laju inflasi yang melambat. Sebaliknya, bila jumlah uang beredar bertambah di masyarakat, maka tingkat harga barang dan jasa akan meningkat yang akhirnya mendongkrak inflasi.
Sentimen kedua, terkait informasi seputar perombakan jajaran direksi dan komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurus hajat hidup orang banyak. Pasalnya, jika ternyata jajaran direksi atau komisaris terpilih tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, tidak menutup kemungkinan investor melego saham-saham perusahaan BUMN.
Pekan ini, Menteri BUMN Erick Thohir telah mengumumkan nama-nama baru yang mengisi posisi pimpinan perusahaan pelat merah, seperti Chandra Hamzah sebagai komisaris utama (komut) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan Pahala N Mansury sebagai Direktur Utama BBTN.
Lalu ada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang ditunjuk sebagai komut PT Pertamina dan Emma Sri Martini sebagai direktur keuangan Pertamina menggantikan Pahala.
Pada pekan depan, besar kemungkinan Kementerian BUMN akan menyampaikan siapa sosok pucuk pimpinan PT Inalum (Persero) dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar Senin (25/11/2019).
"Inalum kayaknya ya, Senin sih mungkin. Supaya dirutnya ada," kata Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jakarta Pusat, Jumat (22/11/2019).
Kemudian, sentimen ketiga dan keempat datang dari sisi eksternal
Sentimen ketiga masih seputar perkembangan hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Wall Street Journal melaporkan dalam pembicaraan via sambungan telepon pada pekan lalu, Wakil Perdana Menteri China Liu He mengundang Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer ke Beijing guna membicarakan kesepakatan dagang tahap satu lebih lanjut.
Hingga kini, memang belum jelas apakah kedua negosiator dari AS tersebut telah menerima undangan dari Liu atau belum. Namun, Wall Street Journal melaporkan bahwa pejabat pemerintahan AS memiliki keinginan untuk bertemu dengan delegasi dari Beijing. Diskusi lanjutan tersebut diharapkan dapat berlangsung sebelum liburan Thanksgiving, Kamis (28/11/2019).
Akan tetapi, ada kekhawatiran bahwa tercapainya damai dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar tersebut terhambat oleh campur tangan politik AS terkait isu keresahan di Hong Kong.
Salah satu Penasihat Luar Negeri China, Wang Yi, dalam pertemuan menteri luar negeri G20 di Jepang mengatakan AS telah menggunakan hukumnya untuk “secara kasar mencampuri” urusan dalam negeri China, dan berusaha merusak kebijakan “satu negara, dua sistem” yang berlaku di Hong Kong. Demikian seperti dikutip dari Reuters.
Terakhir, sentimen keempat adalah rilis data-data ekonomi penting dari negara-negara dengan ekonomi raksasa. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Indeks iklim bisnis Jerman bulan November pada Senin (25/11/2019) pukul 16:00 WIB
2. Laju inflasi Jepang bulan November pada Selasa (26/11/2019) pukul 12:00 WIB
3. Indeks keyakinan konsumen AS bulan November pada Selasa (26/11/2019) pukul 22:00 WIB
4. Indeks manufaktur AS bulan November versi The Fed Richmond pada Selasa (26/11/2019) pukul 22:00 WIB
5. Jumlah pesanan barang tahan lama Jerman bulan November pada Rabu (27/11/2019)pukul 20:30 WIB
6. Pembacaan awal laju pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2019 pada Rabu (27/11/2019) pukul 20:30 WIB
7. Angka PMI AS bulan November versi ISM pada Rabu (27/11/2019) pukul 21:45 WIB
8. Laju pertumbuhan pendapatan dan pengeluaran individu di AS bulan Oktober pada Rabu (27/11/2019) pukul 22:00 WIB
9. Penjualan ritel Jepang bulan November pada Kamis (28/11/2019) pukul 06:50 WIB
10. Tingkat pengangguran Jepang bulan Oktober pada Jumat (29/11/2019) pukul 06:30 WIB
11. Indeks keyakinan kosumen Jepang bulan November pada Jumat (29/11/2019) pukul 12:00 WIB
12. Penjulan ritel Jerman bulan Oktober pada Jumat (29/11/2019) pukul 14:00 WIB
13. Tingkat pengangguran Uni Eropa bulan Oktober pada Jumat (29/11/2019) pukul 17:00 WIB
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Jangan Lewatkan! Sentimen Pasar Pekan Depan, Apa Saja?
Most Popular