Ini Ucapan Trump yang Jadi Kode Harga Emas Bakal Ambles

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 November 2019 11:23
Ini Ucapan Trump yang Jadi Kode Harga Emas Bakal Ambles
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia mencatat pelemahan 0,35% ke level US$ 1.462,04/troy ons di pekan ini. Bahkan mencatat penurunan tiga hari berturut-turut hingga Jumat kemarin.

Penurunan harga emas bahkan terjadi saat hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China sedang panas dingin di pekan ini. Ketika hubungan kedua negara sedang panas, harga emas biasanya merespon dengan melesat naik. Tapi di pekan ini, logam mulia ini justru anteng. Rentang pergerakan emas dalam sepekan juga cukup tipis, berada di kisaran US$ 1.455 - 1.478/troy ons, atau tidak sampai US$ 25.

Hampir sepanjang pekan ini pasar disuguhi berita-berita perkembangan perundingan dagang AS-China.



Pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump mengatakan jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang, maka bea masuk akan dinaikkan lagi.

"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.

Sehari setelahnya Reuters melaporkan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China dapat mundur hingga tahun 2020 lantaran China berusaha untuk mendapatkan penghapusan bea masuk yang lebih agresif dari AS.

Di sisi lain, dari pihak China menyatakan banyak orang menyakini kesepakatan dalam waktu dekat, tetapi Pemerintah Beijing juga sudah siap dengan skenario perang dagang berkepanjangan.

"Beberapa orang China percaya bahwa China dan AS dapat mencapai kesepakatan segera. China menginginkan kesepakatan tetapi siap untuk skenario terburuk, perang dagang yang berkepanjangan" kata Hu Xijin, editor tabloid China Global Times yang terafiliasi dengan pemerintah, melalui Twitter, Rabu.

Di hari Kamis kabar bagus berhembus, China dikabarkan ingin bertemu langsung dengan AS, tidak hanya via telepon. Wall Street Journal yang mengutip dari sumber terkait mengatakan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, sudah mengundang para negosiator AS untuk mengadakan perundingan face-to-face Beijing.



"China akan berusaha mencapai kesepakatan perdagangan awal dengan AS karena kedua belah pihak menjaga saluran komunikasi tetap terbuka" kata Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.

Hawa yang diberikan dari berbagi kabar tersebut berbeda-beda, ada yang negatif ada yang positif, hal ini membuat pelaku pasar khususnya trader dan investor emas lelah dan mengambil sikap wait and see.

"Meski terjadi peningkatan tensi hubungan AS dengan China, pasar emas mengambil sikap wait and see. Sepertinya pelaku pasar sedikit lelah mendengar berita-berita mengenai perundingan dagang," kata analis ABN Amro, Georgette Boele.

Tetapi, di penghujung perdagangan pekan ini, atau Jumat kemarin Presiden Trump memberikan pernyataan yang bisa kode ke depannya harga emas akan ambles.

CNBC International mewartakan Trump mengatakan kesepakatan dagang dengan China "berpotensi sangat dekat".

"Pada dasarnya kita memiliki peluang yang sangat bagus untuk mencapai kesepakatan" kata Trump dalam acara Fox and Friends, sebagaimana dilansir CNBC International.

Melihat respon harga emas Jumat kemarin yang langsung melemah, bisa jadi tekanan jual akan semakin meningkat dalam beberapa pekan ke depan. Apalagi Trump masih berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti. Jika tidak ada penandatanganan kesepakatan hingga tanggal itu, maka AS akan menaikkan bea masuk produk China senilai US$ 156 miliar.

Tentunya sebelum deadline tersebut kedua negara akan berusaha penandatangan kesepakatan dagang terjadi untuk menghindari eskalasi perang dagang.

Satu hal yang membuat harga emas sulit untuk menguat di pekan ini adalah sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang tidak akan memangkas suku bunga lagi, kecuali ekonomi Paman Sam memburuk. 

Ternyata, dalam beberapa hari terakhir data ekonomi AS sudah menunjukkan perbaikan yang menguatkan sikap The Fed tersebut. 

Sikap The Fed tersebut tertuang dalam notula rapat kebijakan moneter yang dirilis Kamis (21/11/19) dini hari. Dalam notula tersebut juga menunjukkan keputusan The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada bulan Oktober tidak mendapat dukungan penuh dari anggota voting Federal Open Market Committee (FOMC). Sebanyak dua dari sepuluh anggota memilih suku bunga dipertahankan, sisanya memilih suku bunga di pangkas.

Bank sentral pimpinan Jerome Powell ini juga mengindikasikan tidak akan terburu-buru mengubah sikap mempertahankan suku bunga.



Di hari yang sama, data dari AS menunjukkan Indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 di bulan ini, jauh lebih tinggi dari bulan Oktober lalu sebesar 5,6. Sementara itu pada Jumat Kemarin Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur AS naik menjadi 52,2 di bulan ini, tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. 

Rilis data-data tersebut juga konsisten dengan isi notula yang menunjukkan The Fed kini lebih optimis menatap perekonomian AS dibandingkan beberapa pekan lalu. Jika terus demikian, kemungkinan suku bunga tidak akan dipangkas lagi, dan emas kehilangan satu pijakan yang sebelumnya membawanya terus menguat. 

Kini nasib emas tinggal menanti kapan perang dagang AS-China akan berakhir. Ketika kedua negara mencapai kesepakatan dagang, pertumbuhan ekonomi global diharapkan bisa bangkit kembali, sehingga aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi tentunya menjadi primadona investasi lagi. Alhasil, emas yang merupakan aset aman (safe haven) dan tidak memberikan imbal hasil akan menjadi kurang menarik, dan ditinggalkan oleh para investor. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular