Sri Mulyani Mau Pangkas Tarif Pajak, Harga SUN Menggeliat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
22 November 2019 18:37
Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat di akhir perdagangan hari ini.
Foto: Lidya Kembaren
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat di akhir perdagangan hari ini, Jumat (22/11/2019) setelah adanya sentimen positif dari rencana pemangkasan pajak badan, termasuk pajak perusahaan yang mau masuk bursa alias go public mulai tahun depan.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara maju, tetapi tidak senada dengan pasar saham yang koreksi dan sepi transaksi.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 1,5 basis poin (bps) menjadi 6,52%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 22 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 21 Nov'19 (%)

Yield 22 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 22 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.535

6.52

-1.50

6.4884

FR0078

10 tahun

7.085

7.074

-1.10

7.0596

FR0068

15 tahun

7.469

7.477

0.80

7.4588

FR0079

20 tahun

7.654

7.656

0.20

7.6476

Sumber: Refinitiv


Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067 triliun SBN, atau 38,63% dari total beredar Rp 2.764 triliun berdasarkan data per 21 November.


Angka kepemilikannya masih positif Rp 174,54 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 970 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 9,32 triliun.

Dari pasar surat utang negara maju, mayoritas mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 21 Nov'19 (%)

Yield 22 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.855

6.87

1.50

China

3.173

3.188

1.50

Jerman

-0.324

-0.351

-2.70

Prancis

-0.013

-0.036

-2.30

Inggris

0.755

0.713

-4.20

India

6.505

6.516

1.10

Jepang

-0.079

-0.078

0.10

Malaysia

3.422

3.422

0.00

Filipina

4.677

4.696

1.90

Rusia

6.38

6.36

-2.00

Singapura

1.724

1.744

2.00

Thailand

1.68

1.705

2.50

Amerika Serikat

1.772

1.753

-1.90

Afrika Selatan

8.33

8.355

2.50

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular