
Kurs Riyal Bertahan di Level Terkuat dalam Sebulan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 November 2019 16:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5% dan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) 50 basis poin. Namun kabar positif tersebut tidak mampu membuat rupiah menguat terhadap riyal Arab Saudi.
Pada Kamis (21/11/2019) pukul 15:25 WIB, SAR 1 setara dengan Rp 3.762. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sepertinya rupiah terbawa arus pelemahan mata uang dunia, akibat hubungan Amerika Serikat (AS)-China yang suram. Masa depan kesepakatan damai dagang Fasei I penuh tanda tanya.
Sejak awal pekan ini perundingan dagang AS-China mulai menunjukkan tanda-tanda kebuntuan setelah CNBC International mengutip sumber dari pemerintah China mengatakan mood Beijing pesimis dengan perundingan kesepakatan dagang setelah Presiden AS Donald Trump menolak untuk menghapus bea masuk produk China, dimana sebelumnya China percaya AS sudah sepakat akan penghapusan tersebut.
Sumber tersebut juga mengatakan China kini mengamati dengan seksama situasi politik di AS, termasuk sidang pemakzulan dan pemilihan presiden 2020. Para pejabat China dikatakan mulai mempertimbangkan apakah lebih rasional untuk menunggu hingga semua urusan politik tersebut selesai akibat kemungkinan Trump tidak lagi menjabat sebagai presiden.
Setelahnya, Presiden Trump memberikan tanggapan, bukannya melunak justru tambah keras. Dalam sidang Kabinet Selasa waktu setempat, Trump mengatakan akan menaikkan tarif jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Jika kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan dagang, Trump berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Situasi di Timur Tengah Memanas Lagi, Kurs Riyal Melemah
Pada Kamis (21/11/2019) pukul 15:25 WIB, SAR 1 setara dengan Rp 3.762. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sepertinya rupiah terbawa arus pelemahan mata uang dunia, akibat hubungan Amerika Serikat (AS)-China yang suram. Masa depan kesepakatan damai dagang Fasei I penuh tanda tanya.
Sejak awal pekan ini perundingan dagang AS-China mulai menunjukkan tanda-tanda kebuntuan setelah CNBC International mengutip sumber dari pemerintah China mengatakan mood Beijing pesimis dengan perundingan kesepakatan dagang setelah Presiden AS Donald Trump menolak untuk menghapus bea masuk produk China, dimana sebelumnya China percaya AS sudah sepakat akan penghapusan tersebut.
Sumber tersebut juga mengatakan China kini mengamati dengan seksama situasi politik di AS, termasuk sidang pemakzulan dan pemilihan presiden 2020. Para pejabat China dikatakan mulai mempertimbangkan apakah lebih rasional untuk menunggu hingga semua urusan politik tersebut selesai akibat kemungkinan Trump tidak lagi menjabat sebagai presiden.
Setelahnya, Presiden Trump memberikan tanggapan, bukannya melunak justru tambah keras. Dalam sidang Kabinet Selasa waktu setempat, Trump mengatakan akan menaikkan tarif jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Jika kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan dagang, Trump berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Situasi di Timur Tengah Memanas Lagi, Kurs Riyal Melemah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular