Arab Saudi Perang Harga Minyak, Kurs Riyal Malah Melesat Naik

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 March 2020 16:18
Pada penutupan perdagangan dalam negeri pukul 16:00 WIB, riyal berada di level Rp 3.832/SAR menguat 1,13% di pasar spot,
Foto: Riyal (REUTERS/Mohamed Abd El Ghany)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar Riyal Arab Saudi (SAR) menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Senin (9/3/2020) di tengah mengganasnya penyebaran wabah virus corona yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk, serta anjloknya harga minyak mentah. 

Pada penutupan perdagangan dalam negeri pukul 16:00 WIB, riyal berada di level Rp 3.832/SAR menguat 1,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Riyal berada di dekat level terkuat sejak Mei 2019.



Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE jumlah kasus virus corona kini lebih dari 110.000 orang, dengan korban meninggal sebanyak 3.825 orang.

Di luar China, lonjakan kasus terjadi di Korea Selatan, Italia, Iran, Perancis, Jerman, hingga AS. Jumlah kasus corona di AS kini mencapai 554 orang, negara bagian California dan New York bahkan sudah mengumumkan kondisi darurat corona.

Sementara itu di Arab Saudi sejauh ini ada 12 kasus corona, dan di Indonesia ada 6 kasus.

Sebelum melaporkan adanya kasus virus corona, Pemerintah Arab Saudi sudah melarang sementara Ibadah umroh guna mencegah penyebaran wabah yang berasal dari China tersebut.

Pada Kamis (27/2/2020) lalu, Pemerintah Arab Saudi resmi mengumumkan penangguhan sementara semua perjalanan umroh, termasuk kunjungan ke Masjid Nabawi di Madinah guna mencegah masuknya virus tersebut ke dalam negeri.

Arab Saudi juga menangguhkan izin masuk ke Arab Saudi bagi wisatawan yang berasal dari negara-negara dengan kasus corona. Selain itu pemerintah Arab Saudi juga meminta warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke negara di mana virus corona menyebar.



Sementara itu harga minyak mentah jenis Brent dan West Texas Intermediate (WTI) pada hari ini anjlok lebih dari 30% setelah pada pekan lalu OPEC dan negara-negara produsen minyak lainnya gagal mencapai kesepakatan pemangkasan produksi.

Arab Saudi sebagai pimpinan OPEC mengusulkan pemangkasan produksi minyak lebih dalam sebesar 1,5 juta barel per hari (bpd). OPEC akan menanggung 1 juta bpd sementara Rusia dkk diminta berkontribusi sebesar 500.000 bpd. Namun Rusia menolak usulan itu dan pertemuan OPEC+ tak menghasilkan kesepakatan apa-apa.

Arab Saudi secara mengejutkan justru mendiskon harga minyak ekspornya sebesar 10% di tengah kondisi seperti sekarang ini pada Sabtu (7/3). Hal ini seolah mengindikasikan Arab yang mulai menabuh genderang perang harga dengan Rusia.

Penangguhan Ibadah umroh serta merosotnya harga minyak mentah tentunya membuat penerimaan devisa Arab Saudi merosot tajam, meski demikian kurs riyal masih tetap perkasa melawan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(pap/tas) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular