
Jeblok 4,5%, Rupiah Terlemah Sepanjang Sejarah Lawan Yen!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang menguat tajam melawan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (9/3/2020) aksi jual masif di bursa saham global yang membuat pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven).
Rupiah di awal perdagangan ini jeblok 4,58% melawan yen ke 141,18/JPY. Level tersebut merupakan yang terlemah sepanjang sejarah, berdasarkan data Refinitiv. Posisi tersebut sedikit membaik, pada pukul 14:20 WIB yen berada di level 140,21/JPY melemah 3,9%.
Sementara itu, melawan dolar AS, yen melesat 3,53% ke 101,58/US$. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak November 2016. Penguatan tersebut sedikit terpangkas, yen berada di level US$ 102,62/US$ atau menguat 2,55% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Wabah tersebut kini semakin meluas di luar China, dan risiko pelambatan ekonomi global semakin meningkat.
S&P Global dalam sebuah laporannya dipublikasikan pada Jumat (6/3/2020) menuliskan virus corona dapat menimbulkan kerugian pada perekonomian Asia Pasifik sebesar US$ 211 miliar atau setara dengan lebih dari seperlima output perekonomian RI dalam setahun.
Australia, Hong Kong, Singapura, Jepang, Korea Selatan dan Thailand diprediksi terancam terseret ke dalam jurang resesi, menurut S&P. Lembaga tersebut juga merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk 2020 dari 5,7% menjadi 4,8%.
Dampaknya aksi jual terjadi di bursa saham global terus berlanjut. Indeks Nikkei Jepang anjlok nyaris 6%, Kospi Korea Selatan lebih dari 4%, Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China masing-masing lebih dari 3% dan 2%.
Indeks saham berjangka (futures) AS juga ambles lebih dari 4%. Indeks Dow Jones Futures anjlok nyaris 1.200 poin, atau 4,64%, sementara S&P 500 futures dan Nasdaq futures masing-masing merosot 4,89% dan 4,82%.
Jebloknya indeks Wall Street futures mengindikasikan bursa saham AS juga akan dibuka ambles saat perdagangan pasar AS dibuka.
Aksi jual di bursa tersebut membuat pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset safe haven, seperti yen.
Selain, yen yang terus menguat juga dipicu status Jepang yang merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi perkasa
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
