
Kinerja Rupiah Terbaik di Asia Gara-Gara Yen Jepang, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tercatat sebagai mata uang dengan kinerja terbaik se-Asia minggu ini setelah terapresiasi sebanyak 2% dan menguat di bawah Rp 16.000 per dolar AS.
Mata uang Garuda kembali ke level di bawah Rp 15.000-an setelah betah tiga bulan di level Rp 16.000. Rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 16.550 pada 23 Maret 2024.
Head of Equity Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro melihat di tengah terbatasnya aliran masuk asing ke ekuitas dan obligasi, hal ini hanya sebagai reaksi terhadap penguatan yen yang ekstrem. Yen terapresiasi 10% dalam sebulan karena Bank of Japan menaikkan suku bunganya.
"Yen Jepang menyumbang 12% dari keranjang nilai tukar efektif nominal (NEER) rupiah, atau terbesar kedua setelah yuan Tiongkok," ujar Satria dan timnya, dalam catatan yang dirilis hari ini, Jumat (9/8/2024).
"Dengan kata lain, JPY memiliki pengaruh substansial terhadap fluktuasi IDR - bahkan lebih dari EUR, USD, atau SGD - mengingat perdagangan besar Indonesia dengan Jepang," kata Satria.
Dia pun meyakini rupiah masih dapat dipengaruhi oleh bank sentral Japan dan Tiongkok yang bersikap dovish di tengah pelemahan mata uang kedua negara.
Melansir data Refinitiv, rupiah menguat 0,87% pada kemarin, Kamis (9/8/2024) ke angka Rp15.890/US$. Ini merupakan posisi terkuat sejak 5 April 2024 atau sekitar empat bulan terakhir.
Market Research Economic Research PermataBank Faisal Rachman itu dapat terjadi jika kondisi perekonomian global terus membaik, yang akan mendorong faktor fundamental, yakni ekonomi Indonesia.
"Sebenarnya faktor ekonomi fundamental kita memang ada tekanan ya. Memang fenomena perlambatan itu terjadi di seluruh dunia, tetapi kita memang cenderung resilien karena memang fundamental ekonomi kita itu cenderung memang sudah lebih baik gitu," kata Faisal dalam PIER Economic Review: Mid-Year 2024 secara virtual, Kamis (8/8/2024).
Ia menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di kisaran 5%, yakni 5,05% pada kuartal II-2024. Kemudian inflasi kita terjaga di level rendah, dibandingkan dengan negara-negara maju.
"Nah sekarang tinggal tunggu saja dari globalnya," ujar Faisal.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Pastikan Dampak Suku Bunga Jepang ke Rupiah Nihil