Konsumsi Kuat, BI Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,1% Tahun Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 November 2019 15:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik pada 2019 berada di dekat 5,1%. Proyeksi yang lebih pasti karena sebelumnya BI menggunakan kisaran 5-5,4%.
"Perekonomian Indonesia tetap berdaya tahan meski melambat. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan membaik pada triwulan IV-2019 sejalan dengan sesuai pola musimannya sejalan dengan ekspansi kebijakan fiskal sehingga secara keseluruhan 2019 dapat mencapai sekitar 5,1%," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers usai RDG di kantornya, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Perry menambahkan, konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Terjadi peningkatan konsumsi di berbagai kelompok masyarakat.
"Ada pertumbuhan konsumsi dari kelompok masyarakat berpendapatan rendah, karena penyaluran Bansos (Bantuan Sosial) pemerintah. Kedua, jumlah penduduk berpendapatan menegah yaitu yang mengonsumsi US$ 3-4,8 per hari porsinya semakin besar. Secara keseluruhan menuju 61,5%," jelas Perry.
Namun, lanjut Perry, investasi belum bisa tumbuh kencang. Menurut survei BI, sekitar 53% korporasi belum merencanakan investasi dan fokus untuk konsolidasi keuangan.
Investasi yang belum bisa tumbuh tinggi juga dipengaruhi oleh pelemahan ekspor. "Perbaikan ekspor belum kuat akibat permintaan dan harga komoditas global yang menurun, yang kemudian berpengaruh pada menurunnya impor dan melemahnya investasi non-bangunan," kata Perry.
(aji/wed) Next Article Nah Lho! BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan PDB ke 4,3% di 2021
"Perekonomian Indonesia tetap berdaya tahan meski melambat. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan membaik pada triwulan IV-2019 sejalan dengan sesuai pola musimannya sejalan dengan ekspansi kebijakan fiskal sehingga secara keseluruhan 2019 dapat mencapai sekitar 5,1%," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers usai RDG di kantornya, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Perry menambahkan, konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Terjadi peningkatan konsumsi di berbagai kelompok masyarakat.
Namun, lanjut Perry, investasi belum bisa tumbuh kencang. Menurut survei BI, sekitar 53% korporasi belum merencanakan investasi dan fokus untuk konsolidasi keuangan.
Investasi yang belum bisa tumbuh tinggi juga dipengaruhi oleh pelemahan ekspor. "Perbaikan ekspor belum kuat akibat permintaan dan harga komoditas global yang menurun, yang kemudian berpengaruh pada menurunnya impor dan melemahnya investasi non-bangunan," kata Perry.
(aji/wed) Next Article Nah Lho! BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan PDB ke 4,3% di 2021
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular