Pasar Lagi Cekak, Lelang SUN Tetap Seksi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
19 November 2019 19:09
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan surat utang negara senilai Rp 23 triliun hari ini, di atas target indikatif yang ditetapkan Rp 15 triliun dan di atas rerata penerbitan sejak awal tahun yaitu Rp 21,66 triliun.

Informasi dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan meskipun angka itu masih lebih rendah dari penerbitan sebelumnya Rp 24,25 triliun, tetapi nilai penerbitan itu sudah mencerminkan suksesnya lelang hari ini (19/11/19).

Dalam lelang tersebut, seri yang paling banyak diterbitkan pemerintah adalah FR0082 dan FR0081 yang jauh tempo pada 2030 dan 2025, masing-masing Rp 7,25 triliun dan Rp 6,35 triliun. Keduanya berpotensi menjadi seri acuan tahun depan, yaitu untuk seri 10 tahun dan 5 tahun.

Peserta lelang menyampaikan penawaran senilai Rp 42 triliun dalam lelang tadi siang. Pada lelang sebelumnya pada 5 November, nilai penawaran Rp 67,97 triliun dan rerata penawaran lelang sejak awal tahun Rp 49,52 triliun.

Suksesnya lelang hari ini terjadi ketika pasar relatif flat dengan koreksi tipis, di mana rerata pergerakan tingkat imbal hasil (yield) empat seri acuan tidak lebih dari 1,13 basis poin (bps). Kesuksesan tersebut terutama terkait momentum mendekati akhir tahun, di mana suplai biasanya akan lebih terbatas sehingga pelaku pasar memburu lelang, yang diprediksi hanya akan terjadi satu kali lagi untuk seri konvensional hingga akhir tahun.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 2,6 basis poin (bps) menjadi 7,03%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 19 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 18 Nov'19 (%)

Yield 19 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 19 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.509

6.493

-1.60

6.4407

FR0078

10 tahun

7.009

7.035

2.60

7.0204

FR0068

15 tahun

7.429

7.437

0.80

7.4113

FR0079

20 tahun

7.628

7.626

-0.20

7.6058

Sumber: Refinitiv


Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,07 poin (0,03%) menjadi 268,3 dari posisi kemarin 268,23.

Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 520 bps, flat dari posisi kemarin. Yield US Treasury 10 tahun naik 1,8 bps hingga 1,82% dari posisi kemarin 1,8%.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067,87 triliun SBN, atau 38,96% dari total beredar Rp 2.741 triliun berdasarkan data per 18 November.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 176,62 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 890 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 9,4 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 18 Nov'19 (%)

Yield 19 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.675

6.685

1.00

China

3.223

3.231

0.80

Jerman

-0.335

-0.326

0.90

Prancis

-0.029

-0.023

0.60

Inggris

0.751

0.748

-0.30

India

6.478

6.472

-0.60

Jepang

-0.092

-0.088

0.40

Malaysia

3.435

3.434

-0.10

Filipina

4.697

4.684

-1.30

Rusia

6.44

6.4

-4.00

Singapura

1.778

1.762

-1.60

Thailand

1.74

1.71

-3.00

Amerika Serikat

1.808

1.826

1.80

Afrika Selatan

8.405

8.365

-4.00

Sumber: Refinitiv



TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/hps) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular