Jelang Lelang & Diguyur Isu Global, Harga SUN Koreksi Tipis

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
19 November 2019 12:13
Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis menjelang lelang yang akan digelar siang ini.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis menjelang lelang yang akan digelar pemerintah hari ini, Selasa (19/11/2019) ditambah dengan kondisi belum jelasnya sentimen dari drama perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. 

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 3,3 basis poin (bps) menjadi 7,04%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Sejak pagi, sentimen yang mewarnai pasar keuangan dunia adalah dibolehkannya Huawei Technologies berbisnis 90 hari ke depan, yang tertutup oleh sentimen negatif dari pesimistis China terhadap perundingan damai dagang fase pertama.

Siang ini, pemerintah dijadwalkan melelang tujuh seri SUN dengan target indikatif Rp 15 triliun-Rp 30 triliun. Beberapa di antara seri yang dilelang adalah seri yang berpotensi menjadi seri acuan tahun depan. Jika penawaran lelang ramai dan hasil penerbitan tinggi, maka dapat memberi sentimen positif bagi pelaku pasar yang masih sepi isu.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 19 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 18 Nov'19 (%)

Yield 19 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 18 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.509

6.513

0.40

6.4862

FR0078

10 tahun

7.009

7.042

3.30

7.0156

FR0068

15 tahun

7.43

7.44

1.00

7.4032

FR0079

20 tahun

7.629

7.627

-0.20

7.6241

Sumber: Refinitiv



Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.068,76 triliun SBN, atau 38,99% dari total beredar Rp 2.741 triliun berdasarkan data per 15 November.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 175,51 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan sebelumnya, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 1,46 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 10,29 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas masih mengalami koreksi harga sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

 

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 18 Nov'19 (%)

Yield 19 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.68

6.685

0.50

China

3.223

3.223

0.00

Jerman

-0.335

-0.334

0.10

Prancis

-0.029

-0.028

0.10

Inggris

0.751

0.743

-0.80

India

6.477

6.476

-0.10

Jepang

-0.083

-0.089

-0.60

Malaysia

3.435

3.434

-0.10

Filipina

4.684

4.697

1.30

Rusia

6.42

6.44

2.00

Singapura

1.778

1.762

-1.60

Thailand

1.74

1.72

-2.00

Amerika Serikat

1.807

1.808

0.10

Afrika Selatan

8.38

8.405

2.50

Sumber: Refinitiv



TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(irv/tas) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular