
AS-China Memanas! IHSG Melemah di Sesi I, Asing Masuk Tipis

Selain karena memudarnya optimisme bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu, ekspektasi terhadap hasil Rapat Dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) ikut menjadi faktor yang menekan langkah IHSG pada perdagangan hari ini.
Besok (20/11/2019), BI dijadwalkan untuk memulai RDG yang akan berakhir pada hari Kamis (21/11/2019). Konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memproyeksikan bahwa bank sentral akan menahan tingkat suku bunga acuan di level 5%.
Untuk diketahui, dalam empat RDG terakhir BI selalu memangkas tingkat suku bunga acuan dengan besaran 25 basis poin (bps). Lantas jika ditotal, BI sudah memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 100 bps dalam empat bulan terakhir.
Saat ini, perekonomian Indonesia jelas membutuhkan suntikan energi yang salah satunya bisa datang dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Belum lama ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa perekonomian Indonesia hanya tumbuh sebesar 5,02% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal III-2019.
Pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan, diikuti pertumbuhan sebesar 5,05% secara tahunan pada kuartal II-2019.
Angka pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini sedikit berada di atas capaian periode yang sama tahun sebelumnya (kuartal I-2018) yang sebesar 5,06%. Sementara untuk periode kuartal-II 2019, pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah jika dibandingkan capaian kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%.
Pada kuartal III-2019, angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,02% tersebut lantas berada di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.
Praktis, absennya ekspektasi bahwa BI akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada pekan ini menjadi sentimen negatif bagi IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA
