Suku Bunga Hampir Dipangkas Lagi, Kurs Dolar Australia Loyo

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 November 2019 12:16
RBA diprediksi tidak cuma memangkas lagi suku bunga, tetapi juga mengimplementasikan kebijakan moneter tidak biasa (unconventional),
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (19/11/19) setelah rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) menunjukkan suku bunga hampir saja dipangkas lagi di awal bulan ini.

Dolar Australia melemah 0,38% ke level Rp 9.542,27/AU$, sebelum memangkas pelemahan tersebut dan berada di level Rp 9.572,56/AU$ pada pukul 12:00 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pelemahan di pasar spot juga berdampak di kurs jual beli dalam negeri. Berikut kurs dolar Singapura di yang diambil dari beberapa situs resmi bank nasional pada pukul 12:04 WIB.

BankKurs BeliKurs Jual
BTN9.452,009.657,00
BCA9.551,519.581,51
Mandiri9.540,009.585,00
BRI9.480,299.654,16


Melansir news.com.au rilis notula RBA hari ini menunjukkan para anggota dewan mengakui ada alasan kuat untuk memangkas suku bunga pada 5 November lalu. Namun pada akhirnya RBA tetap mempertahankan suku bunganya di level 0,75%.

Banyak faktor yang membuat RBA mempertimbangkan suku bunga kembali dipangkas, di antaranya penurunan penjualan ritel, belanja konsumen serta kenaikan upah yang lemah, dan inflasi serta produk domestik bruto (PDB) yang di bawah proyeksi.

Meski demikian, para anggota dewan sepakat untuk melihat dampak dari tiga kali pemangkasan suku bunga di tahun ini sebelum kembali mengambil keputusan apakah suku bunga akan kembali dipangkas atau dipertahankan.



Namun, tekanan bagi RBA untuk kembali memangkas suku bunga cenderung menguat setelah data menunjukkan naiknya tingkat pengangguran. Badan Statistik Australia pada Kamis pekan lalu melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 5,3% dari bulan sebelumnya 5,2%.

Akibatnya, analis mata uang dari MUFG, Lee Hardman, memprediksi RBA diprediksi tidak hanya akan kembali memangkas suku bunga, tetapi juga mengimplementasikan kebijakan moneter tidak biasa (unconventional), yakni quantitative easing (QE), sebagaimana dilansir poundsterlinglive.com.



Program QE sebelumnya diterapkan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kini sudah dihentikan setelah perekonomian AS membaik. Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ) masih mengimplementasikan program tersebut. Sementara, European Central Bank (ECB) baru saja mengaktifkan lagi QE setelah dihentikan pada akhir tahun lalu.



QE merupakan program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) yang dilakukan bank sentral untuk membanjiri pasar dengan likuiditas. Harapannya. roda perekonomian semakin melaju kencang, sehingga membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, terjadi peningkatan gaji, serta kenaikan inflasi.

Dampak lain dari QE adalah pelemahan kurs mata uang akibat besarnya likuiditas di pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Rupiah vs Dolar Australia, Pekan Lalu Jaya Kini Tak Berdaya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular