Analisis

Dilema Emas, Mau Menguat tapi "Diadang" The Fed

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 November 2019 13:44
Dilema Emas, Mau Menguat tapi
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia mencatat penguatan dua hari beruntun pada perdagangan Rabu (13/11/19) kemarin. Namun penguatan tersebut terlihat masih rentan, terbukti di awal perdagangan hari ini, Kamis (14/11/19) emas sempat terkoreksi turun ke US$ 1.460/troy ons, dari penutupan perdagangan Rabu US$ 1.462,93/troy ons. 

Penguatan harga emas dalam dua hari terakhir dipicu semakin jauhnya kemungkinan ditandatanganinya kesepakatan dagang fase satu antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Pada hari Selasa waktu AS, Presiden AS Donald Trump yang berpidato dalam acara Economic Club of New York menyerang China.



"Sejak China masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001, tidak ada negara yang memanipulasi atau memanfaatkan Amerika Serikat sebaik China. Saya tidak akan mengatakan "curang", tapi tidak ada yang lebih curang dari China, saya akan mengatakan itu" kata Trump dalam acara Economic Club of New York, sebagaimana dilansir CNBC International.

Sementara Rabu kemarin CNBC International melaporkan AS sedang berusaha mendapatkan konsesi yang lebih kuat dari China untuk membuat regulasi kekayaan intelektual dan menghentikan praktik transfer paksa teknologi, sebagai gantinya AS akan membatalkan bea masuk yang seharusnya berlaku mulai 15 Desember nanti.

Di sisi lain, China kini dikabarkan ragu untuk membeli produk pertanian AS, padahal pada bulan lalu Presiden Trump mengklaim Negeri Tiongkok akan membeli produk pertanian Paman Sam senilai US$ 50 miliar sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase satu.

Perundingan kesepakatan dagang AS-China yang terlihat mengalami kebuntuan menjadi sentimen positif bagi harga emas. Namun di sisi lain, emas mendapat tekanan dari ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell.

Powell yang memberikan testimoni di hadapan Kongres AS Rabu kemarin menegaskan suku bunga saat ini sudah tepat, dan tidak akan dipangkas lagi kecuali perekonomian AS memburuk. The Fed sudah tiga kali memangkas suku bunga di tahun ini masing-masing sebesar 25 basis poin, dan suku bunga (Federal Funds Rate/FFR) saat ini sebesar 1,5-1,75%.



Kali terakhir The Fed memangkas suku bunga pada akhir Oktober lalu, dan saat itu Powell sudah mengindikasikan suku bunga tidak akan dipangkas lagi. Sikap The Fed tersebut membuat harga emas anjlok 3,7% sepanjang pekan lalu hingga menyentuh level terlemah tiga bulan.

Sikap Powell tersebut diperkuat dengan naiknya inflasi di AS, salah satu indikator utama The Fed dalam menetapkan suku bunga.

Data dari AS menunjukkan inflasi di bulan Oktober tumbuh 0,4% month-on-month (MoM), dibandingkan sebelumnya yang stagnan 0%. Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY) inflasi naik 1,8%, tidak jauh dari target The Fed sebesar 2%.


Dilema Emas, Mau Menguat Tapi Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam 
Foto: investing.com


Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru) dan MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau) yang cukup kuat menahan penurunan emas di awal pekan ini.

Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) sudah masuk ke wilayah negatif, begitu juga dengan histogramnya. Indikator ini mengindikasikan momentum pelemahan emas mulai terkumpul.

Dilema Emas, Mau Menguat Tapi Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8, MA 21, dan MA 125. Indikator stochastic bergerak naik dan sudah masuk wilayah jenuh beli (overbought). 

Melihat indikator stochastic yang overbought, penguatan emas hari ini berpeluang tertahan di level US$ 1.472/troy ons, dan saat ini bergerak di kisaran US$ 1.465/troy ons. Jika kembali bergerak konsisten di bawah level tersebut emas berpotensi melemah ke US$ 1.462 sampai US$ 1.458/troy ons. 

Penembusan kembali ke bawah US$ 1.458 sampai US$ 1.453/troy ons. Sementara jika mampu menembus ke atas US$ 1.472/troy ons, emas berpotensi menguat ke area US$ 1.476/troy ons.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular