Pidato Trump Bikin Pasar Khawatir, Harga Obligasi Kepeleset

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 November 2019 12:04
Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis atau terpeleset.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis atau terpeleset pada perdagangan Rabu ini (13/11/2019) di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap semakin menghangatnya hubungan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China.

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang lain. 

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.


Yield
yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 3,3 basis poin (bps) menjadi 7,42%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Kekhawatiran pasar meningkat setelah Presiden AS Donald Trump menyindir dua pihak sekaligus dalam satu pidato, yaitu China dan Uni Eropa. Pidato tersebut disampaikan dalam pertemuan Economic Club di New York. Padahal, pelaku pasar justru berharap ada kata-kata Trump yang menenangkan dalam perhelatan semalam agar mendinginkan tensi perselisihan kedua negara.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 13 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 12 Nov'19 (%)

Yield 13 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 12 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.489

6.513

2.40

6.445

FR0078

10 tahun

7.05

7.06

1.00

7.0248

FR0068

15 tahun

7.389

7.422

3.30

7.3698

FR0079

20 tahun

7.616

7.623

0.70

7.616

Sumber: Refinitiv



Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 513 bps, menyempit dari posisi kemarin 514 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 1,3 bps hingga 1,92% dari posisi kemarin 1,91%.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.068 triliun SBN, atau 39,07% dari total beredar Rp 2.734 triliun berdasarkan data per 11 November.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 175,06 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.


Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 1,91 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 9,84 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi secara umum sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

Di negara maju sebaliknya, di mana mayoritas menguat di tengah belum jelasnya masa depan dari damai dagang AS-China, sehingga yield mayoritas obligasi negara tersebut turun.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 12 Nov'19 (%)

Yield 13 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.66

6.7

4.00

China

3.257

3.27

1.30

Jerman

-0.245

-0.254

-0.90

Prancis

0.052

0.044

-0.80

Inggris

0.807

0.813

0.60

India

6.561

6.543

-1.80

Jepang

-0.034

-0.044

-1.00

Malaysia

3.441

3.447

0.60

Filipina

4.659

4.671

1.20

Rusia

6.44

6.47

3.00

Singapura

1.823

1.812

-1.10

Thailand

1.67

1.74

7.00

Amerika Serikat

1.91

1.923

1.30

Afrika Selatan

8.47

8.485

1.50

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

[Gambas:Video CNBC]


(irv/tas) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular